Membawa Ke Tempat Kesukaan Pelita

2 1 0
                                    

Dan tanpa ku minta, air mata ini jatuh begitu saja. Aku menangis di depannya. Memalukan sekali.
Aku bergegas untuk menghapusnya.
Tetapi, percuma saja Aku menghapusnya. Naka sudah melihat air mata ini jatuh untuk menangisi dirinya. Naka berkata,

"Lu nangis?"

"Ngga"

"Terus itu air apa?
Ngga mungkinkan air liur"

"Sekalian saja. Air ketuban"

"Lucu juga. Kenapa ngga ikut stand up comedy aja? Pasti ngga menang"

"Kalo gua ikut, kasihan yang lain. Pasti kalah sama gua. Haha"

"Haha boleh juga"

Pelita kembali terdiam.

Naka pun kembali menjahili Pelita.
Dengan mengagetkannya.
Dan Pelita kaget bukan main.
Pelita terkenal super kaget, misalnya
Kita hanya panggil namanya dia bisa kaget tanpa menepuknya. Apalagi jika memanggil namanya dan menepuk pundaknya, bisa teriak dan marah besar. Dan itulah yang ingin Naka lakukan. Naka ingin melihat Pelita marah agar Pelita bisa melupakan masalah dirumahnya, dan melampiaskan kepada dirinya.

"Dorrr!"

"Astaghfirullah. Jangan mulai deh. Gua ngga suka dikagetin! Nanti mati bagimana?!"

"Tinggal kubur. Susah amat"

"Sumpah. Nyebelin banget"

"Haha, bercanda. Yuk pulang"

"Ngga mau"

"Yaudah gua tinggalin"
Ucap Naka pura-pura menyalakan motornya.

"Eh jangan dong. Masa nanti gua pulangnya naik angkot"

"Makanya cepet naik"

"Iya-iya tunggu"

Sepanjang perjalanan, Naka seperti sedang mendongeng. Tetapi Pelita memilih diam. Karena yang Pelita tahu, sudah ada seseorang dihatinya Naka. Karena Pelita perempuan, jadi Pelita tahu bagaimana rasanya jika kekasihnya akrab dengan perempuan lain, pasti menyakitkan. Walaupun perempuan itu adalah sahabatnya.

Soal Naka ingin menembak cewek itu adalah kebohongan. Naka saja tidak pernah dekat dengan perempuan lain selain bundanya dan Pelita.
Untung saja Naka punya ide, Naka bilang saja kalau dia mau menembak cewek. Tapi sekarang Naka bingung, ceweknya siapa? Ternyata idenya tidak sebagus ekspetasi.

Naka pun bosan dengan situasi seperti ini, saling diam. Naka memutuskan untuk membawa Pelita ke toko es krim. Karena hanya es krim lah yang bisa menjadi teman saat mood Pelita tidak baik.
Dan Pelita tersadar kalau jalanan ini bukan arah jalan menuju rumahnya.

Pelita memukul Naka dan berkata,
"Bawa gua pulang sekarang!
Ini bukan arah jalan ke rumah gua kan?! Lu mau bawa gua kemana?"

"Aw, sakit, Ta. Sudah lu diam saja"

"Kalau nggak kasih tahu kemana kita akan pergi. Sama saja sekarang, lu lagi menculik gua! Gua teriak nih biar lu di tangkap!"

"Tega amat sih. Intinya gua akan bawa lu ke tempat yang lu suka"

Tempat apa yang dimaksud Naka?
Apa benar aku akan menyukainya?

"Kalau gua nggak suka bagaimana?"

"Lu boleh minta apa saja"

"Beneran? Minta apa saja?"

"Iya. Tapi harus masuk akal dan sesuai kemampuan gua juga. Awas saja kalau minta aneh-aneh!"

"Ah, tidak seru. Katanya tadi boleh minta apa saja" memasang muka sedih. Dan ini membuat Naka luluh. Karena Naka paling tidak bisa melihat Pelita bersedih.

"Yaudah. Boleh minta apa saja. Asalkan tidak cemberut lagi.
Kasihan langit, pasti ikut bersedih. Melihat bidadarinya bersedih karena permintaannya tidak dituruti"

"Dasar gombal! Gua tahu, pasti itu  gombalan buat besok malam kan.
Ah basi!!!"

"Kenapa? Cemburu ya?"

"Malas banget!"

"Cemburu saja, tidak papa"

"Apaan sih" pipinya seketika merah, Pelita berharap Naka tidak melihatnya. Malu sekali kalau benar-benar cemburu sama Naka.

Bersambung

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang