Perasaan Itu Hadir

2 1 0
                                    

"Ayo sekarang kita jalan-jalan di taman ini siapa tahu kita menemukan anak kecil itu" ucap Naka dan menggenggam tangan Pelita

Pelita sadar, bahwa yang menggenggam tangannya adalah Naka. Namun Pelita tidak memberontak untuk menolak genggaman itu, justru menggenggam kembali tangan Naka.

Naka pun sadar akan hal ini, kemudian mereka saling melempar pandangan dan menatap kemudian tersenyum.

Naka dan Pelita berjalan mengelilingi  taman dengan saling berpegangan tangan. Semua yang menatap mereka pasti berfikir kalau mereka berpacaran. Namun nyatanya mereka tak lebih dari seorang sahabat yang saling menyimpan perasaan.

🦄

Sudah 15 menit mereka berjalan menyusuri taman, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa anak kecil itu ada di taman ini, ya mereka tidak menemukannya.

Pelita akhirnya berhenti dan melepaskan genggaman tangan nya pada Naka. Naka yang melihatnya sontak ikut berhenti dan bertanya,

"Kamu kenapa berhenti?"

"Aku capek. Kaki ku juga pegal sekali rasanya. Lihat nih betis ku seperti talas bogor" ucap Pelita sambil memperlihatkan betisnya dan Naka tertawa melihatnya.

"Kenapa ketawa? Ada yang lucu? Oh kamu sedang meledekku. Rasain nih"
sebuah cubitan kecil berhasil mendarat di perut Naka.

"Aww, sakit tahu" ucap Naka sambil memegang perutnya.

"Siapa suruh menertawakan ku?"

"Iya, maaf. Aku tertawa karena kamu lucu. Mana ada betis kaya talas bogor"
ucap Naka terkekeh.

"Ada nih, kaki aku" mereka tertawa.

"Sudah-sudah perut aku sakit tertawa terus. Kita istirahat dulu disini. Kamu haus tidak? Aku belikan minum dulu ya. Tunggu disini"

"Yang dingin ya" seru Pelita berteriak.

Ternyata Naka tidak sedingin yang aku kira, ada sisi hangat yang membuat aku nyaman berada di dekatnya. Buktinya waktu dia menggenggam tanganku rasanya hangat sekali dan aku seolah tak ingin melepaskannya.

Aku ini mikir apaan sih. Tidak. Aku tidak boleh memikirkan Naka. Aku ngga mau Naka menjauh karena perasaan konyol ku ini.

Menjadi sahabatnya saja bagiku sudah lebih dari cukup, aku tak mau menodai pertemanan dengan perasaan.

🦄

"Ini minumannya"

"Iya makasih"

"Aku memperhatikan mu dari jauh, aku lihat kamu sedang melamun. Kamu memikirkan apa?"

"Tidak, aku tidak memikirkan apa-apa"

"Kamu berkata jujur kan?"

"Sudah lah, lupakan saja. Lebih baik kita lanjut mencari anak kecil itu"

"Ayo" ucap Naka menggenggam tangan Pelita, namun Pelita melepaskannya.

"Jangan menggenggam tanganku"

"Oh iya maaf"

"Andai saja kamu tahu, dengan kamu menggenggam tangan ku membuat perasaanku padamu semakin besar. Aku tak mau itu terjadi. Mungkin dengan menjaga jarak perasaan ini akan terjaga juga." ucap dalam hati

Hari cepat berlalu, tak terasa matahari akan segera tenggelam.

"Kita pulang saja ya, hari sudah semakin gelap. Besok kita kesini lagi untuk mencari anak kecil itu."

"Iya, aku juga sudah capek"

Bersambung

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang