Naka Jahat

2 1 0
                                    

"Maafkan saya mas, mba, saya tidak tahu kalau mba nya ingin meminta maaf dan memberikan saya uang.
Ini uang nya saya kembalikan"

Pelita pun berkata,

"Tidak usah dikembalikan, itu adalah hak mas. Saya yang seharusnya minta maaf, karena sudah seenaknya membatalkan orderan"

"Tidak apa-apa mba, kalau begitu saya permisi pamit dulu. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Lu ngga papa kan? Ada yang sakit?"

"Ngga usah lebay deh. Gua kan cuma di bentak jadi ngga ada yang sakit. Dan kalau sakit pun itu di dalam tidak terlihat, tapi sangat membekas"

"Yaudah luka nya dimana? Sini biar gua obatin"

"Emang bisa?"

"Bisa lah. Tunjuk luka nya dimana?"

Pelita pun menunjuk ke arah hati nya.

"Sakit nya disini? Bisa ngga?"

"Bisa dong, sekarang gua minta tangan nya boleh?"

"Untuk apa?"

"Untuk ini"

Naka pun menggenggam tangan Pelita. Lalu berkata kembali,

"Udah terasa belum transferan energi cinta dari gua lewat genggaman?"

Pelita pun tersipu malu.

"Cinta? Maksudnya?

"Iya. Gua cinta sama Lo"

Untuk sesaat, Pelita terdiam sejenak. Memastikan kalau ini bukan mimpi. Dan benar saja, ini bukan mimpi.
Karena Pelita sedang tidak tidur.
Ini kenyataan?

Pelita bergumam dalam hati,
Rasanya sangat aneh jika seorang Naka mengungkapkan perasaannya terhadap wanita, terlebih denganku.
Karena Naka di terkenal dengan sifat cuek, pendiam, dan dingin.

Ini seperti bukan Naka.
Aku seperti terhipnotis dengan kata-katanya. Pantas saja akhir-akhir ini sifatnya baik dan menjadi lebih peduli. Ternyata Naka menyimpan perasaan kepadaku.

Aku harus bagaimana semesta?
Harus senang karena perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan? atau
Harus takut kalau ini hanya sebuah permainan yang nantinya menyakiti perasaanku?

"Woi kok bengong? Jangan baper kali!
Gua tadi cuma latihan. Besok malam gua mau nembak seseorang"

Ternyata kata-kata itu bukan untukku. Menyakitkan. Lalu untuk siapa? Selama ini, Aku tidak pernah melihatnya dekat dengan perempuan.

Jika memang benar, Naka diam-diam menyukai perempuan lain. Sangat beruntung perempuan itu menjadi pacarnya.
Karena Naka pintar, baik, tampan pula. Perempuan mana yang tidak suka dengan laki-laki seperti Dia.
Termasuk Aku.

Dan tanpa ku minta, air mata ini jatuh begitu saja. Aku menangis di depannya. Memalukan sekali.
Aku bergegas untuk menghapusnya.
Tetapi, percuma saja Aku menghapusnya. Naka sudah melihat air mata ini jatuh untuk menangisi dirinya. Naka berkata,

"Lu nangis?"

"Ngga"

"Terus itu air apa?
Ngga mungkinkan air liur"

"Sekalian saja. Air ketuban"

"Lucu juga. Kenapa ngga ikut stand up comedy aja? Pasti ngga menang"

"Kalo gua ikut, kasihan yang lain. Pasti kalah sama gua. Haha"

"Haha boleh juga"

Bersambung

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang