Waktu

1.8K 450 254
                                    

Shingeki no Kyojin @ Hajime Isayama

Levi Ackerman x Eren Jaeger

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Eren bersandar dibahu kokoh. Mata terpejam menikmati aroma maskulin yang menguar dari tubuh berbalut blazer marun itu.
Jemari yang bertaut, dikecup mesra oleh sang dominan.

Mereka sedang berada di atap sekolah, duduk berdampingan disamping pintu. Usai makan siang.

Selagi bel masuk belum berbunyi, Eren ingin menikmati kebersamaan.
Ia baru menyadari bahwa waktu kebersamaan dengan sang kakak begitu sangat berharga.

Maklum... Dalam seumur hidup, baru kali ini mereka merasakan perpisahan.

Dan itu membuat Eren mengerti seperti apa rasanya rindu.

Rindu makan siang bersama, menunggu ataupun ditunggu saat pulang sekolah, dan diawasi kala ia sedang mengikuti kegiatan klub.

"Aku merasa sangat nyaman ada Levi-nii disini"

Levi mengelus rambut brunette. Menyisirnya menggunakan jemari. "Aku merasa lega bisa mengawasimu lagi"

Eren membuka mata, mendongak menatap wajah yang sedang menghadap depan.

Tiba-tiba ia teringat saat terakhir kali mereka bersama disekolah.
Kala itu ia berniat menjauhi Levi, bahkan tak membalas ciuman cinta sang kakak sewaktu didepan kelas.

Terbesit rasa bersalah didalam hati. Bagaimana bisa ia bersikap egois seperti itu, hanya karena keinginan yang menggebu tak terpenuhi? Hingga melupakan segala kasih sayang dan cinta yang Levi beri padanya selama ini.

"Betapa bodohnya diriku..."

Mendengar lirihan sang adik, Levi menoleh menatapnya. "Kau memang bodoh sayang" ujarnya, tanpa tahu maksud ucapan Eren.

"Maaf..." Eren memeluk tubuh kekar dari samping. Ia kembali menyandarkan kepala dibahu.

"Maaf kenapa hm?"

"Atas segala kebodohanku yang sudah menyakitimu"

Levi terkekeh pelan. Kenapa adiknya tiba-tiba seperti ini?

"Tak apa.. Yang terpenting bukan aku yang menyakitimu"

Eren merona. Levi sudah pandai mengungkapkan isi hati rupanya.

Biasanya sang kakak hanya lancar saat mengatakan hal-hal mesum saja.

"Aku menyayangimu Levi-nii..."

"Aku mencintaimu..."

Pipi tembam merona hebat. Sudah lama ia tak mendengar ungkapan itu. "A-aku juga mencintaimu" balasnya. Tangan yang memeluk, beralih menutup wajah yang kini memerah pekat.

Padahal dulu biasa-biasa saja saat mendengar dan mengatakan itu. Namun sekarang maknanya sudah berbeda.

Wajar jika ia masih gugup.

Melihat tingkah malu-malu macan Eren. Membuat Levi gemas sendiri.

Ia menegakan tubuh ramping itu, kemudian menurunkan tangan yang menutupi wajah. "Kenapa masih malu hm? Apa aku perlu membiasakannya?" Jari mencubit hidung, menariknya hingga sang empu meringis sakit.

Pff— Levi membekap mulut. Wajah dan hidung merah Eren terlihat lucu sekaligus bodoh sekali.

"J-jangan menertawaiku Levi-nii! A-aku bukan badut!" Eren memalingkan wajah kepiting rebusnya. Pasti terlihat sangat memalukan dimata sang kakak.

FudanshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang