Maaf

1.5K 439 184
                                    

Shingeki no Kyojin @ Hajime Isayama

Levi Ackerman x Eren Jaeger

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Eren melirik-lirik canggung sang kakak yang tengah memeluknya dari belakang. "L-levi-nii.. k-kurasa cukup"

"Tidak, masih belum. Lebarkan kakimu"

Kedua tangan yang digenggam Levi, diayunkan pelan-pelan, dari kanan ke kiri. Seirama dengan tubuh.

Mereka sedang berada disisi lapangan tenis.

"Seiramakan dengan ayunan tubuhku, bocah"

Eren mengangguk. "B-baik..."

Levi tengah mengajarinya cara mengayun raket dengan benar.

Setelah mengikuti kegiatan klub, Eren meminta sang kakak untuk menjadi lawannya bermain tenis. Namun Levi menolak. Dan malah menawarkan diri untuk melatih ayunan tubuh dan tangan Eren.

Alasannya. "Jika tubuhmu tidak terlatih dengan benar, nanti akan rentan cedera"

Seperti biasa, Eren selalu manut dan menganggap semua yang dikatakan sang kakak adalah hal benar.

Meskipun ia merasa janggal,

Karena...

Ini terlihat seperti diajari mengayun tongkat baseball daripada raket.

Entah sudah berapa menit mereka seperti ini. Pipi Eren sudah memerah pekat.

Ia tidak malu jika hanya dipeluk dan diajari mengayun raket saja.

Namun yang membuatnya malu ialah..

Senjata sang kakak yang mengganjal dibelahan bokong mulai mengeras.

Apa bergesekan saja membuat Levi terangsang?

Eren ingin menanyakan itu, namun takut diserang.
Lebih baik ia pura-pura tak tahu saja.

Levi menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang selalu membuatnya candu.
Dalam keadaan berkeringat pun, aroma tubuh sang adik tetap segar dan manis.

Rasanya ia ingin sekali memiliki indera penciuman setajam anjing. Pasti aroma Eren berkali-kali lipat lebih nikmat ketika diendus.

Tunggu,

Endus?

Tiba-tiba Levi teringat Mike.

Mengapa makhluk beruntung yang dianugerahi penciuman tajam adalah bajingan itu?

Dengan penciuman setajam itu, ia yakin pasti Mike sudah merasakan aroma terdalam sang adik. Yang paling menggiurkan dan memabukkan.

Tiba-tiba hati Levi bergemuruh panas.

'Mati saja kau babi!'

Rutuknya, emosi. Hingga tanpa sadar membuat genggaman sedikit menguat.

Merasakan genggaman menguat. Eren menoleh. "L-levi-nii ada apa?"

Sadar akan tindakannya, Levi segera melonggarkan genggaman, menjadi seperti semula.
Kemudian menghembus nafas berat.

Astaga.

Mengapa ia tiba-tiba emosi seperti ini? Padahal ia sudah memberi pelajaran pada Mike. Apa masih belum cukup?

Tentu saja tidak akan pernah cukup!

"Tidak apa.. Maaf" Bisiknya lembut. Ia berusaha melenyapkan amarah.

FudanshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang