Tertekan

1.2K 438 81
                                    

Shingeki no Kyojin @ Hajime Isayama

Levi Ackerman x Eren Jaeger

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Eren mengerjap perlahan. Menghilangkan kantuk.

Rasa lapar memaksanya untuk bangun dari tidur pulasnya.

Ia ingat dari kemarin tidak makan.

Semalam saat mendengar alarm, Eren lebih memilih mematikan ponsel dan melamun daripada mengisi perut keroncongannya.
Selain tak mood karena banyak pikiran, ia juga tak ingin makan sendirian.

Mengucek sebelah mata, Eren mendudukkan diri perlahan.

Pandangan melirik jam dinakas.

Pukul 13:46.

Hampir 6 jam ia tertidur.

Telah dimaafkan Levi membuat hati dan pikiran sangat plong. Hingga ia bisa tertidur pulas begini.

"Terim—" Eren berdehem kala merasakan suara serak. "Terimakasih Levi-nii... " Ulangnya.

Ia menurunkan kaki, hendak beranjak.
Namun sebelum berdiri, pintu kamar berderit.

Nampak sang kakak memasuki kamarnya.

Levi berjalan dengan langkah gontai mendekatinya. "Eren??" Juga sebelah tangan tengah mencengkeram kepala. "Kau sudah khh bangun??"

Manik emarald membelalak melihat wajah kacau sang kakak.

Surai yang biasa rapih, kini terlihat berantakan.
Wajah yang biasa tampan, kini terlihat kusut.

Dan,

"L-levi-nii... Dahimu..." Eren menunjuk dahi Levi yang diperban. "Apa yang terjadi...?" Tak hanya dahi, namun kedua tangan juga diperban.

Menggeleng pelan, Levi mendudukkan diri ditepi ranjang. "Tolong dengarkan aku.. " Ia membawa tubuh ramping itu kedalam dekapan. "Aku ingin bicara. Maafkan aku. Aku sangat menyesal, Eren. Jangan pernah tinggalkan aku.. "

"E-eh?"

Eren berkedip bingung. Mengapa Levi tiba-tiba meracau seperti ini? Bukankah masalah sudah selesai?

"L-levi-nii... Apa yang kau katakan? Masalah kita sudah selesai bukan?"

Levi menggeleng.

"Masih ada yang ingin kubicarakan.. Kau salah paham padaku.. Kau terlalu jauh mengartikan maksudku.. Aku ingin meluruskannya sekarang juga.. "

Ternyata begitu.

Meskipun Eren sudah tak keberatan akan hal itu. Karena baginya, tak ada yang lebih melegakan dari dimaafkan Levi.

Namun jika sang kakak ingin menjelaskannya, akan Eren dengarkan. "Katakan Levi-nii... Pelan-pelan saja... " Ia mengelus-elus punggung.

Memejamkan mata, Levi berusaha merilekskan diri. Ia harus bisa mengutarakan isi hati dengan benar, agar beban yang menggumpal dihati dan pikiran segera hilang.

Namun,

Ckit—

Wajah membiru Eren kembali berputar-putar dibenak, bak kaset rusak.

"Kkkhhh!!!!"

Levi melepas dekapan. Ia mencengkeram kepala erat.

"Hentikan!!"

Itu hanya masalalu!
Sekarang Eren baik-baik saja!
Eren masih hidup!
Eren ada didepan matanya!
Tolong hentikan ingatan busuk ini!

Eren terkejut melihat sang kakak tiba-tiba menggeram. "L-levi-nii?!" Ia hendak memeluk Levi yang nampak sangat kesakitan. "Apa yang terjadi?!" Namun sebelum tangan sampai, Levi jatuh berlutut ke lantai.

FudanshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang