Chapter 24

2.3K 283 78
                                    


Waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi, namun orang-orang yang menghuni ryokan masih terlelap tidur.

Wang Yibo dan Xiao Zhan masih terlelap dengan posisi saling berpelukan. Xiao Zhan yang pertama kali membuka matanya karena terusik oleh sinar matahari yang masuk dari celah-celah korden yang sedikit terbuka.

Xiao Zhan menatap wajah Wang Yibo yang kini telah menjadi suaminya. Xiao Zhan tersenyum lalu perlahan dan hati-hati mengelus wajah tampan suaminya. Kini dia bisa sepuasnya mengagumi wajah tampan seorang Wang Yibo dari jarak yang begitu dekat.

Setelah puas memandangi wajah suaminya, Xiao Zhan mencium kening Wang Yibo dengan lembut. Kemudian dia segera duduk, namun seluruh badannya terasa sakit dan pegal karena mereka semalam melakukan olah raga malam.

Dengan hati-hati Xiao Zhan turun dari tempat tidur dan melangkah menuju kamar mandi. Lima belas menit kemudian Xiao Zhan keluar dengan hanya mengenakan handuk pada bagian bawahnya. Dia segera berganti pakaian dan keluar dari kamar.

Xiao Zhan segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Setibanya di dapur, Xiao Zhan langsung mengecek isi kulkas dan lemari penyimpanan bahan makanan. Kemudian menyiapkan semua yang dia butuhkan di atas meja dapur.

Sementara Xiao Zhan sedang asyik berkutat di dapur, Wang Yibo terbangun saat menyadari istrinya tidak ada di sampingnya. Ada perasaan bingung dan panik yang langsung menyerang dirinya.

Wang Yibo bergegas turun dari tempat tidur dan mulai mencari istrinya. Pertama kali yang dia cek adalah kamar mandi, namun istrinya tidak ada di sana. Bergegas dia keluar dari kamar dan hidungnya langsung diserbu oleh bau harum masakan.

"Sayang?" panggil Wang Yibo seraya melangkah menuju dapur. "Apa kau di dapur?"

"Iya. Aku di dapur, Sayang," sahut Xiao Zhan saat mendengar suara Wang Yibo memanggil dirinya.

"Aku mencarimu sejak tadi," ujar Wang Yibo seraya memeluk istrinya dari belakang, dia membenamkan kepalanya diceruk leher Xiao Zhan. "Aku takut kau menghilang."

Xiao Zhan tersenyum mendengar perkataan Wang Yibo, lalu berkata, "Memangnya aku mau menghilang kemana?"

"Saat aku bangun kau tidak ada di sisiku, tentu saja aku takut. Aku takut kejadian di bukit itu terulang lagi."

"Kau ini ada-ada saja," sahut Xiao Zhan. "Disini kan jauh dari daerah perbukitan."

Wang Yibo melepaskan pelukannya saat Xiao Zhan hendak memindahkan masakan di dalam wajan ke atas piring yang ada di meja dapur.

"Kalau pun aku menghilang paling hilang di pasar atau di sungai dekat ryokan ini."

Baru juga Xiao Zhan menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Wang Yibo menarik tubuhnya dan kembali memeluknya namun kali ini lebih erat.

"Jangan bicara seperti itu!" seru Wang Yibo. "Kau adalah hidupku! Jiwaku! Nafasku! Jika kau menghilang maka aku tak akan bisa hidup!"

Xiao Zhan tertegun melihat reaksi Wang Yibo. Xiao Zhan tidak mengira Wang Yibo akan bereaksi seperti itu. Bahkan dia bisa merasakan tubuh Wang Yibo bergetar hebat karena ketakutan.

"Baiklah. Aku tidak akan bicara seperti itu lagi," ujar Xiao Zhan sembari menepuk punggung Wang Yibo mencoba menenangkan. "Bukankah kita telah bersumpah pada Tuhan bahwa kita akan selalu bersama baik suka maupun duka hingga maut memisahkan kita."

Wang Yibo melepaskan pelukannya dan menatap wajah istrinya dengan mata sendu. Wajah itu tersenyum manis padanya. Senyuman manis itu hanya miliknya, dan dia tak mau berbagi dengan orang lain.

Hadiah Terindah Dari TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang