Chapter 22

2.2K 292 34
                                    


Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, akhirnya hari ini dokter mengijinkan Xiao Zhan pulang.

Haoxuan dan Ji Li membantu Xiao Zhan membereskan pakaiannya. Sementara Wang Yibo menemui dokter yang merawat Xiao Zhan selama di rumah sakit.

"Tolong diingat! Jauhkan kekasih Anda dari hal-hal yang bisa membuatnya depresi!" ujar dokter mengingatkan. "Jika dia tidak mampu mengontrol emosi setelah serangan jantung yang pertama ini, dikhawatirkan serangan yang kedua dapat terjadi."

Wang Yibo terdiam mendengar penjelasan sang dokter. Itulah yang paling ditakutkan oleh Wang Yibo, karena dia tahu kekasihnya lebih suka memendam sendiri perasaan cemasnya daripada membuat dirinya (WYB) ikut cemas. 

"Ini saya beri resep yang harus diminum oleh Xioa Zhan," lanjut dokter itu sembari menulis resep di atas selembar kertas kemudian memberikannya pada Wang Yibo. "Obat-obat ini harus diminum. Dan jangan lupa untuk kontrol ke dokter!"

"Baik, Dok," ujar Wang Yibo sembari mengangguk. "Kalau begitu saya permisi. Terima kasih untuk semuanya."

"Tidak perlu berterima kasih. Ini sudah kewajiban saya sebagai seorang dokter."

Setelah berjabat tangan dengan dokter tersebut, Wang Yibo melangkah keluar dari ruang dokter. Dia melangkah menuju kamar pasien dimana Xiao Zhan, Haoxuan, dan Ji Li menunggu.

"Bagaimana?" tanya Ji Li saat melihat Wang Yibo memasuki kamar pasien. "Xiao Zhan jadi pulang hari ini?"

Wang Yibo menganggukkan kepalanya, lalu menatap Xiao Zhan dan berkata, "Ayo kita pulang."

"Yibo, bisakah kita membeli es krim dulu sebelum pulang?" tanya Xiao Zhan.

"Hn," jawab Wang Yibo menganggukkan kepala.

Xiao Zhan tersenyum senang. Haoxuan mendekati Xiao Zhan, yang sudah pasti gerakannya diikuti oleh mata Wang Yibo.

"Xiao Zhan, ingat pesanku!" ujar Haoxuan sembari memegang kedua bahu Xiao Zhan. "Jangan terlalu pikirkan perkataan teman kecilmu itu. Bicarakan hal ini baik-baik dengan Yibo. Jangan terlalu terbawa emosi. Oke?"

"Oke," jawab Xiao Zhan tersenyum tipis.

"Baiklah, kalau begitu aku dan Ji Li pamit." ujar Haoxuan. "Aku ada jadwal pemotretan siang ini. Ji Li juga harus pergi kerja."

"Jaga dirimu baik-baik," ujar Ji Li lalu memeluk Xiao Zhan erat. "Sedih melihatmu dipasangin alat-alat seperti itu."

Xiao Zhan hanya tersenyum lalu menepuk pelan punggung Ji Li. Ji Li buru-buru melepaskan pelukannya saat menyadari ada aura membunuh yang terasa di punggungnya. Tanpa perlu mencari tahu dia sudah tahu dari mana datangnya asal aura membunuh itu.

Ji Li langsung merapatkan dirinya pada Haoxuan yang hanya terkekeh melihat tingkahnya yang begitu ketakutan.


✾✾✾✾✾✾✾✾✾


"Es krim ini enak sekali!" seru Xiao Zhan menikmati semangkuk besar es krimnya.

Wang Yibo tersenyum melihat kelakuan kekasihnya. Dia menatap kekasihnya dengan perasaan bahagia.

"Kau makan es krim seperti anak kecil saja," ujar Wang Yibo mengambil tissue lalu mengusapkannya pada sudut bibir Xiao Zhan yang belepotan dengan sisa es krim.

"He he he..." Xiao Zhan terkekeh hingga memperlihatkan giginya. "Berhari-hari di rumah sakit benar-benar membosankan. Semua makanannya terasa hambar."

Hadiah Terindah Dari TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang