Chapter 9

5.1K 768 183
                                    

"Anjing !!! Kok lu di sini???"

"....." -Bright yang barusan dianjingin.

"Astaghfirullah, Win !!!"

"Hah?"

Byurrr !!!

"Eh, tolongin itu cepet nanti klelep. Kalo mati bisa berabe kita." Panik bapak Pavel yang barusan nyebut. Iya, kaget dia dengar anaknya mengumpat.

Lebih kaget lagi si kakak Win yang ketahuan ngumpat sama papanya, sampai tak sengaja mendorong Bright yang masih bengong di sebelahnya membuat si guru tercebur ke dalam kolam.

"Eh, oh.." Win masih kebingungan bercampur panik. Gerakannya begitu kaku.

"Itu tarik tangannya, kak buruan !! Udah megap-megap itu !!!" Tunjuk Pavel heboh pada Bright yang mengulurkan tangannya ke atas minta digapai. Nafasnya sudah putus-putus bercampur air di saluran tenggorokan.

Win yang tersadar langsung menuju tepi kolam dan meraih tangan Bright yang terulur. Beruntung Bright tidak terhanyut ke tengah kolam.

"Pa.." menoleh pada sang papa yang hanya memandanginya bagai mandor.

"Apa?"

"Tolongin, berat."

"Ck, makan aja banyak. Suruh ginian tenaganya nggak ada." Meskipun sambil ngomel tapi nyatanya Pavel tetap membantu anak sulungnya menarik tubuh Bright ke tepi kolam.

"Hah.. hah.. hah.." nafas si guru muda masih putus-putus setelah Win membaringkannya di tepian kolam. Akhirnya Win membantu dengan menekan dadanya agar air yang masuk tenggorokan bisa dikeluarkan.

Pavel memandang dua orang yang kini saling tatap dengan tangan dilipat di dada. Bright sudah sadar dan duduk menghadap Win. Sepertinya mencari penjelasan atas ucapan absurd Win padanya sebelum dia tercebur ke kolam.

"Udah?" Sayang, si papa merusak momen.

Keduanya menoleh. "Udah apa?" Win.

"Udah selesai tatap-tatapannya? Keburu kedinginan nanti dia." Tunjuk Pavel pada Bright yang sudah menggigil macam kucing kecebur selokan.

"Yaudah, ayo diajak masuk."

Keduanya masuk mengikuti Pavel yang berjalan di depan. Di ruang tengah mereka disambut teriakan kaget dari si mama.

"Kak !! Pak Bright kamu apain?" Dome dengan heboh mendekat pada mereka.

"Habis dianj...mmmhh"

"Kak, kok mulut papanya dibekep gitu?" Makin heran si mama.

Win malah nyengir. "Nggak kok, ma. Ini ngelap bekas minyak aja di mulut papa. Hehe."

"Oh.. itu pak Bright kenapa?"

"Tersandung batu, jadi tercebur ke kolam. Maaf membuat lantai jadi kotor mamanya Sky." Bright menjawab dengan kalem di tengah kedinginannya.

Pavel yang baru saja dilepaskan oleh Win menatap heran sosok menggigil yang baru dia ketahui sebagai pak Bright, guru anak bungsunya.

Kenapa harus bohong demi membela Win? -batin Pavel heran

"Kalau gitu bapak ikut Win ke kamarnya aja, ganti baju dulu pakai bajunya Win. Ayo kak antar pak Bright ke kamar kamu."

"Tapi ma.."

Belum juga sempat menyela, mama ya sudah pasang tampang sangar sambil melotot tajam. Ciut sudah nyali si gigi kelinci.

"Ck. Iya, iya.." kemudian berjalan begitu saja menuju kamar.

Sadar tak ada yang mengikutinya, Win menoleh. Menemukan Bright yang masih berdiri di tempatnya semula. "Ayo buruan. Nanti keburu dingin."

Study from Home (BrightWin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang