Chapter 15

4.9K 805 303
                                    

Dome begitu sibuk memasak sarapan keluarganya di dapur dibantu (direcoki) anak bungsunya yang bahkan harus naik ke kursi untuk menjangkau wastafel guna mencuci sayuran. Omelette dan sup daging menjadi menu pilihan si mama manis.

"Kakak udah bangun belum, dek?" Tanya Dome sambil mengecek ricecooker.

"Nggak tau. Tapi kamarnya masih nutup, ma." Si bungsu menjawab polos.

Dome berdecak malas. "Papa kemana?"

"Main burung." Dengan dagu si kecil menunjuk taman belakang.

"Bentar mama ke papa dulu."

Mengambil langkah menuju keberadaan sang suami, Dome sempat melirik kamar Win yang masih tertutup rapat.

"Pa.."

Pavel yang sedang memberi makan burungnya menoleh. "Apaan ma?"

"Mandi gih sama si adek, habis itu sarapan biar kita nggak telat ke rumah pak Bright-nya. Bangunin si kakak sekalian." Suruh Dome.

Pavel menjawab sambil membereskan pakan burungnya. "Kamu aja deh yang bangunin si kakak, kebo banget dia soalnya."

Dome mendelik. "Aku masih sibuk masak. Kamu bangunin atau jatah nanti malem batalin aja?"

"Eh eh jangan dong beb.."

"Makanya buruan."

"Iya iya ini jalan kok.." dengan cepat Pavel menuju kamar Win melupakan burungnya yang belum dikembalikan.



....




"Kak, bangun heh. Nanti mama ngamuk."

Suara Pavel tak digubris. Win masih bergelung dalam selimut hangatnya. Satu-satunya gerakan yang tercipta adalah tangan kanannya yang mengelap cairan di sudut bibir.

Pavel kembali mencoba, mempertahankan jatah. "Kak, bangun dong." Bahunya digoyang kasar, selimutnya disibak penuh. "Ada pak Bright tuh di luar."

"Hah? Apa? Mana pa mana?"

Pavel tertawa lebar melihat anak sulungnya yang langsung bangun dan terduduk tegap mendengar nama Bright dikeluarkan.

"Hahaha mukamu, kak.. lawak banget."

Win terdiam. Sadar jika dia sudah dibodohi. "Ck. Papa boong ya? Kampret ah.."

"Heh, mulut !! Anak perawan mulutnya minta disapu banget."

Win hanya menggerutu dipanggil perawan.

"Udah gih mandi sana. Ditungguin mama." Sambung Pavel.

"Nanti ah. Sarapan dulu aja." Bantah Win.

"Mandi heh, jorok. Liat tuh daki kamu udah bisa buat nanem ubi kali di badan kamu."

"Ihshh.. papa nyebelin."

Pavel kembali tertawa. Menggoda anak-anaknya membawa keceriaan sendiri untuk ayah dua anak ini.

"Mandi yang bersih habis ini kita langsung berangkat ke rumah pak Bright."

Win kaget. Baru ingat jika ini adalah hari di mana acara Bright akan digelar.

"Emang nggak dicegat polisi? Kita pake mobil kan? Ngga pake truk?"

"Kamu aja sana pake truk biar kaya sapi. Kita naik mobil lah. Aman udah new normal. Kalo nggak papa tau jalan lain kok lewat perkampungan gitu." Jelas Pavel.

"Oh.."

Win mendengus setelah Pavel meninggalkan kamarnya. "Gue males pergi padahal."

Mengecek hape sebentar di setiap akun media sosialnya, Win memutuskan menelfon seseorang.

Study from Home (BrightWin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang