Chapter 2.3

3.9K 612 146
                                    

"Kamu masak Win?"

"Heh, bapak manggil ibu pake nama doang??"

"Eh, nggak gitu maksudnya, bu. Maksud bapak Win, bukan Gawin."

"Oh, kirain."

Yakali manggil nama doang, jaman pacaran aja udah pake bapak-ibu kok -batin ayah Bright teringat jaman alay masih pacaran.

"Win bantuin doang kok om, yang masak tante." Tanggap Win canggung.

"Bantuin apa dek?" Tanya Bright.

"Bantuin ngupas telur. Itu aja nggak ada yang mulus." Yang menjawab sang ibu, dengan gumaman lirih di kalimat terakhir tentu saja.

"Yaudah kita makan aja, yuk. Udah laper." Ujar sang ayah.

Kemudian keempatnya duduk memutari meja tamu Bright dan mulai berkutat dengan piring masing-masing.

"Kebun kopi apa kabar, pak?" Bright memulai obrolan di sela suapan makan malamnya.

Si bapak mendongak dari piring. "Makin pesat alhamdulillah. Kendala corona taun lalu juga udah membaik."

"Bagus deh."

Pak Podd, bapak tercinta Bright memang berprofesi sebagai petani, tepatnya petani kopi. Di kampungnya beliau punya kebun kopi yang dikelola sendiri. Bahkan kopi-kopi yang dihasilkannya sudah mampu menembus pasar cafe-cafe atau coffe shop di kota-kota besar.

"Terus kalau bapak ibu di sini semua, adek di rumah sama siapa?" Tanya Bright lagi.

"Adek lagi kemah pramuka. Pulang besok katanya." Yang menjawab ibunya.

Win hanya memperhatikan interaksi keluarga bahagia di depannya. Sungkan juga mau menyela. Takut dislepet calon ibu mertua. Galak borrr.

"Oh iya, kamu masih inget Gigi, mas?" Lanjut ibunya.

"Gigi siapa? Gigi Hadid? Apa Nagita Slavina?" Bingung si guru muda.

"Goblognya persis bapakmu !! Gigi temen SD kamu itu. Anaknya pak Somat." Jelas Gawin.

"Yang kurus kering tinggi itu loh mas.." tambah si bapak.

Kok gue ngerasa kesindir ya? -batin Win terlalu sensitif, macam layar hape baru

Bright mencoba mengingat-ingat. Sambil mulutnya penuh sayuran capcay.

"Oh.. yang jadi TKW di Hongkong itu ya, bu?" Matanya tampak berbinar ketika mampu mengingat.

"Nah iya.." tanggap Gawin. "Dia kan udah pulang dari tahun lalu, mas. Terus kemaren ibu dikasih brownies dong sama dia. Mana enak banget lagi rasanya kaya brownies Amandel."

"Jadi yang kemaren tuh dari si Gigi, bu? Bapak kirain kamu beli." Podd.

"Nggak, pak. Hebat ya si Gigi pinter masak."

"Dia jadi tukang kue kali di Hongkong, makanya jago." Ujar Bright.

"Iya kali. Tapi ibu pengen lho mas punya mantu pinter masak gitu."

Mendengar ucapan ibunya, Bright sontak melirik Win. Tak enak hati juga membiarkan sang kekasih hati harus tekanan batin mendengar keinginan sang ibu. Bagaimanapun Bright tahu, kempuan memasak Win di bawah rata-rata.

"Si adek suruh nyari pacar chef aja, bu." Cuek Bright.

"Lah, pacar si adek mah anak band." Matanya beralih menatap Win. "Kalo Win, paling suka masak apa?"

Masak aeeer !! -batin Win

"Win juga pinter bikin brownies kok, bu." Bright menjawab tanpa berpikir.

Study from Home (BrightWin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang