Chapter 2.11

3.2K 511 103
                                    

Petang yang merangkak membawa gelap memenuhi setiap sudut pantai. Ramai pedagang yang tadi siang mengisi lapak-lapak di tepian pantai mulai bergeser dengan kerlap-kerlip lampu-lampu cafe dan rumah makan dari mulai yang sederhana dengan warung tenda sampai yang paling mewah kelas hotel dan resort.

Dan di sinilah Win sekarang, di salah satu restoran seafood sederhana yang tak jauh dari letak pantai. Matanya silih berganti menatap Bright dan Luke yang masih sama-sama membuang muka.

Ya, Luke juga ikut. Bahkan dia jualah yang merekomendasikan restoran sefood tersebut pada mereka. Posisinya kini Win duduk di samping Luke dan Bright duduk di depan mereka.

Beberapa menit yang lalu, Win sudah memesankan mereka beberapa menu seafood yang dirasanya enak. Namun sayang, menu yang dimaksud tak kunjung datang. Memaksa ketiganya diam dalam keresahan isi kepala masing-masing karena tak tahu apa yang harus dikerjakan ataupun dibicarakan.

Mas Bright marah kenapa ya kira-kira? -Win

Nih anak Nmax ngapa kudu ngikut sih? -Bright

Udah laper kok makanannya nggak dateng-dateng? -Luke

"Mm..mas, lagi ngapain tadi di pantai?" Win akhirnya memberanikan diri untuk kembali bertanya. Ditatapnya takut-takut wajah kusut sang kekasih.

Tak hanya mereka, Luke juga ikut-ikut curi pandang menunggu jawaban dari Bright.

Bright mendengus, mengangkat dagunya tinggi. "Ngilangin jenuh aja, capek sama kerjaan."

"Kerjaan mas udah selesai?"

"Belom. Tapi mau rehat aja sebentar. Niatnya mau ajak pacar sebenernya, tapi ternyata pacar saya udah pergi sama orang lain." Tatapan tajam Bright dilayangkan pada Luke yang tak tahu apa-apa.

Win menggigit bibirnya takut. "A..aku.. sama Luke tadi ikut baksos fakultas mas, deket sini."

Oh, jadi namanya Luke? Kok kaya nama personel band favorit saya? -batin Bright

Lah, dia pacarnya Win? Ngapa gayanya kaya om-om begitu? -batin Luke memperhatikan penampilan Bright yang masih mengenakan batik panjang dan celana bahannya, khas seragam mengajar

"Hm. Nggak pa pa." Jawab Bright cuek.

Kemudian pelayan datang membawa pesanan ke meja mereka. Lobster asam manis, tumis kangkung cumi, kepiting saus telur asin dan udang bakar madu jadi pilihan Win malam itu.

"Tapi mas, aku..."

"Makan dulu, jangan banyak ngomong." Potong Bright begitu saja pada kalimat Win yang bahkan baru kata pembukanya saja.

Luke sempat saling adu pandang dengan Win. Mendapat kode anggukan agar menurut saja, akhirnya Luke-pun diam dan menurut. Tak mau cari ribut dengan om-om takut kualat, pikirnya.

Ketiganya makan dengan tenang, sampai suara Win mengalihkan perhatian.

"Aduh." Ternyata si gigi kelinci kesulitan mengupas cangkang kepiting.

Bright yang sedang fokus pada tumis kangkung dan Luke yang sedang berkutat dengan udang langsung menghentikan aktivitas mereka. Saling beradu cepat membantu si manis.

"Sini gue aja yang bukain." Ternyata Luke menang cepat dari Bright.

Win hanya membiarkan Luke membantunya. Toh dia sudah lapar, tak mau ambil pusing.

Sedangkan Bright tampak semakin brutal dalam memakan tumis kangkungnya, macam orang tak makan lima tahun.

"Udah nih, cobain Win." Luke mengulurkan daging kepiting di depan mulut Win yang langsung disambar oleh si manis.

"Heumm.. enak Luke. Makasih, ya."

"Sama-sama. Mau lagi nggak?"

"Lagi dong.. sekalian bukain lobsternya ya."

"Assyyaap.."

Luke dan Win saling berinteraksi akrab melupakan satu eksistensi lagi di depan mereka yang sedang mendidih kepalanya karena terlalu cemburu.

"Ekhem.. ekhem.."

"Eh, mas Bright keselek? Minum dulu mas, makannya pelan-pelan." Saran Win tanpa peka terhadap kerutan dalam di dahi si pacar tampannya.

Bright hanya memutar bola matanya malas dan melanjutkan makannya secepat kilat.

"Saya udah selesai, saya pulang dulu." Bright sudah berdiri dan hendak melangkah pergi, namun kemudian berbalik lagi. "Tenang, saya yang bayar. Saya tau kapasitas kantong mahasiswa macem kalian."

"Anj..."

"Eh, tungguin mas !!"

Win langsung meminum es-nya dan menyambar tas di sisi kanan. "Luke, gue balik duluan yak.. sampe besok di kampus."

Belum juga Luke menjawab Win sudah hilang dari pandangannya.

"Hahh, yaudahlah." Dan kembali berkutat dengan hidangannya.

Sebenarnya Luke punya niatan untuk menyusul Bright dan Win, tapi sayang prinsip 'anti munadzir'-nya lebih mendominasi dan mengekang diri untuk menghabiskan semua menu lezat di hadapannya.

Sayang kan, udah dibayarin juga -pikir Luke







....




Bright sudah bersiap mengenakan helm-nya ketika Win berhasil mendekatinya sambil bernafas ngos-ngosan. Sepertinya habis berlari.

"Apa?" Tanya Bright ketus.

Win membungkuk mengatur nafas, meletakkan kedua tangannya di lutut. "Bentar, mas. Aku benerin napas dulu."

"Ck.."

Setelah nafasnya lancar dan berdirinya tegak, Win memulai kalimatnya lagi.

"Aku ikutan pulang dong.." pintanya dengan mata anak anjing minta dipungut.

Sebenarnya Bright sudah akan tergoda, tapi mengingat kejadian di restoran tadi niatnya kembali urung.

"Kenapa nggak sama si Luke Hemmings tadi aja? Kan berangkatnya sama dia?"

"Buset, Luke Hemmings. Dikata anggota 5SOS kali ah." Guman Win selirih mungkin. "Bukan Luke Hemmings mas, tapi Luke Shaw."

"Hillih, Luke Shaw apanya? Paling juga nggak bisa main bola, dia." Bright tak terima pemain MU andalannya disamakan dengan si pemuda Nmax.

"Iya, iya.. yang jago main bola kan mas Bright.." goda Win. "Jadi, boleh nebeng pulang, ya?" Ternyata ada maunya.

"Nggak. Kamu sama si Lukito aja."

"Luke, mas bukan Lukito."

"Mau Luke kek Lukito kek sama aja. Kenapa nggak mau pulang sama dia?"

Bright berharap Win akan menjawab. 'Karena aku lebih milih kamu, mas.'

Tapi yang jadi jawaban Win malah, "Soalnya dibonceng pake motornya Luke capek, turun-turun kakinya ngangkang, pegel. Mending pake beat kamu aja."

Bright menghela nafas lelah.

"Eh, apa Luke sama aku biar pake motor kamu terus kamu yang bawa motornya Luke aja, mas? Nanti tukeran pas udah nyampe rumah aku. Gimana?"

Tarikan nafas Bright makin berat. Sekarang sembari memejamkan mata, berharap stok sabarnya masih tersisa banyak.

"Buru naik, saya anter kamu pulang."










....




Bersambung...






Vote comment dong, biar semangat.. 😅

Sorry for typo and thankyou 😉

Study from Home (BrightWin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang