Malam perlahan mulai merangkak. Jalanan sepi hanya terdengar deru lalu lalang kendaraan yang masih melintas.
Hal tak jauh berbeda terjadi di rumah Win. Rumah besar itu begitu sepi hanya diisi suara televisi yang bersautan dengan detak jam di dinding.
Si kepala keluarga sudah berlayar ke samudera mimpinya menemani si bungsu di kamar. Sedangkan si nyonya rumah sendirian anteng menghadap layar kaca.
Sesekali Dome akan mendesis gemas atau mengomentari para tokohnya yang berlaku tak sesuai keinginan si ibu dua anak.
"Haaaah.." si sulung tiba-tiba datang dari arah kamar dan duduk menyender di bahu sang mama sembari menghela nafas berat.
"Ganti napa, ma. Masa tiap malem nonton diary istri mulu. Nggak bosen apa?" Keluh Win sambil tangannya mencomot cassava chips yang ada di meja, memeluk toplesnya erat.
Bagaimana Win tak bosan kalau tiap lewat ruang televisi telinganya pasti langsung disuguhi lagu andalan, 'Ku menangis.....'
Dome berdecak. "Bukan diary istri ini mah, kak. Udah ganti."
"Apa dong?"
"Putri sama Pangeran."
"Aelaah sama aja. Lebai-lebai juga ujungnya." Tanggap Win tanpa minat.
"Ye, sewot. Suka-suka mama-lah. Kamu kalo nggak mau liat ya ke kamar lagi aja sana, belajar. Mama liat belakangan kamu kaya jarang belajar."
"Belajar kok, di kampus tapi."
"Dasar males." Dengus Dome.
Win hanya terkekeh menanggapi omelan mamanya. Mau dibantah juga percuma, karena memang kenyataannya macam itu.
"Lagian kamu kenapa sih? Tumben amat muka kusut gitu?" Tanya Dome setelah memperhatikan raut sulungnya yang begitu lecek, macam kemeja tak disetrika.
Win kembali menghela nafas kuat. Seolah-olah penanda jika masalahnya begitu berat.
"Mas Bright, ma." Adu Win.
"Pak Bright kenapa? Mutusin kamu?"
"Astaga.. amit-amit dak maa.. sekate-kate banget mulutnya." reflek Win mendengar tebakan sang mama.
Dome memutar bola matanya malas. Katanya tontonannya lebai, padahal kelakuan Win sendiri lebih mencerminkan kelebaian yang sesungguhnya.
"Ya terus si ganteng kenapa?" Tanya Dome lagi mencoba sabar.
Win menunjukkan room chatnya dengan sang pacar. "Nggak bales-bales WA dari kemaren."
"Sibuk kali. Emang dia nggak bilang apa-apa?"
Bibir Win makin maju. "Bilang sih, udah ijin bakal sibuk gara-gara mau bikin laporan apa gitu, lupa. Buat syarat naik golongan."
"Nah, itu udah tau. Kenapa masih cemberut?"
"Ya dia bilangnya kan bakal ngabarin terus, sebisanya. Ini malah ilang aja kaya sandal bagus di mesjid."
Mamanya geleng-geleng kepala.
Dasar anak muda -batin Dome, lupa kalau pernah muda juga
"Emang lagi sibuk-sibuknya aja kali dia. Kamunya juga jangan egois gini kalo masih mau langgeng."
Mendengar petuah sang mama Win jadi berpikir, apa tingkahnya selama ini terlalu egois dan kekanakan pada Bright?
Sedang nyaman-nyamannya berpikir, notifikasi pesan Win berbunyi. Bahagialah dia, dikiranya sang kekasih hati yang mengirimi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Study from Home (BrightWin)
Fanfiction*Season 2 disini yaaa ;) ... "Sayuuuur ..." "Kak, mama mau ngejar tukang sayur dulu, kamu dengerin apa kata pak gurunya adek ya.." "Lah, kok aku?" "Pak, lanjut sama kakaknya Sky ya, saya tinggal dulu.." "Ok jadi.." "Lho, mas bule?" "Eh, pinky boy?" ...