"Jadi, boleh masuk?" Win.
"Mmmm...."
Lama Bright menggantung ucapannya dalam gumaman. Win yang hampir habis kesabaran hampir saja masuk begitu saja sebelum lengannya dijegal sang kekasih.
"Eeh.. mau kemana?" Tanya Bright panik.
Win berdecak malas. "Masuk lah !! Ya kali mau berdiri terus di sini. Capek atuh, mas !!"
Hampir saja pertahanan Bright goyah karena nada manja nan menggoda yang digunakan Win. Padahal si manis tak ada sedikitpun niat menggoda, Bright saja yang imannya lemah.
"Kita cari tempat di luar aja, sekalian makan." Ajak Bright.
Tak perlu jawaban Win karena sekarang si guru tampan sudah menyeretnya ke arah Beat kesayangan setelah sempat mengunci rumah.
"Nggak pake helm, mas?"
"Nggak usah, deket kok."
Win sih iya iya saja. Dari pada diusir suruh pulang kan?
Dalam perjalanan Win tak berani membuka suara. Bright yang diam dengan tatapan datar begitu membuat nyalinya tipis.
"Kamu udah makan?" Tanya Bright tiba-tiba.
Tak terdengar suara jawaban, hanya gerakan naik turun kepala Win yang mengangguk terasa di punggung Bright.
"Ya udah nyari jajan aja deh." Putus Bright.
....
Tak sampai lima belas menit berkendara, kini motor Bright berhenti di tempat tujuannya. Menenteng plastik siomay yang tadi sempat dibeli di jalan, Bright melangkah duluan membiarkan Win mengikutinya dengan tatapan melongo bingung.
"Lho mas, kok berhenti di sini?" Mata Win masih mengedar menelisik sekelilingnya.
Bright tak langsung menjawab, malah memberikan seplastik siomay milik Win dan membuka seplastik lagi, miliknya.
"Disini adem, enak." Jawab Bright akhirnya dengan santai.
Adem apanya, kek alay gini busettttt.. -batin Win misuh-misuh
Ada yang bisa menebak sekarang mereka dimana?
Di pinggir jembatan jalan layang. Menempel pada pagar pembatas sembari memperhatikan lalu lalang kendaraan yang melalui jalan tol di bawah mereka. Selera Bright memang sulit ditebak.
Diam beberapa menit karena sama-sama sibuk dengan suapan siomay-nya, akhirnya Win memulai kembali obrolan.
"Mas, hape kamu kenapa? Kok aku hubungin nggak bisa-bisa? Ditelfon nggak diangkat, dichat nggak dibales? Lupa cara pake hape ya?" Lah, malah ngegas.
Yang digas malah tersenyum tampan disertai seringaian tipis yang menawan. "Kan saya lagi ngasih kesempatan buat kamu."
Win mengernyit bingung. "Kesempatan apaan?" Tanyanya dengan pipi kiri menggembung isi siomay yang belum dikunyah.
"Kesempatan jalan sama si Lukito itu lah."
Mata Win mengerjap imut.
Beneran cemburu wehh.. tau aja dak si mamah -batin Win sampai senyum-senyum sendiri
"Luke, mas bukan Lukito."
"Bodo amat."
Bukannya menciut karena dijutekin, Win malah mengulum senyum manis malu-malu.
Siomay di plastik Win sudah habis sesambel-sambelnya. Plastiknya juga sudah dilepas ke bawah, tak peduli akan tersangkut di atas kendaraan yang lewat. Benar-benar tak patut ditiru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Study from Home (BrightWin)
Fanfiction*Season 2 disini yaaa ;) ... "Sayuuuur ..." "Kak, mama mau ngejar tukang sayur dulu, kamu dengerin apa kata pak gurunya adek ya.." "Lah, kok aku?" "Pak, lanjut sama kakaknya Sky ya, saya tinggal dulu.." "Ok jadi.." "Lho, mas bule?" "Eh, pinky boy?" ...