Chapter 12

5K 757 214
                                    

Lewat lima hari berlalu selepas insiden tertinggalnya Toptap di sekolahan Sky akibat keteledoran Win. Yang dilakukan Win saat ini hanya duduk nyaman di depan televisi namun fokusnya tak lepas dari smartphone yang ada di tangan.

Kontak dengan nama 'Gurunya Adek' dipandang lekat-lekat seolah hurufnya akan saling bertukar tempat jika lama ditatap. Win ragu, resah, bimbang, gelisah.

Dari terakhir mereka bertemu Win belum pernah lagi berinteraksi dengan Bright entah lewat chat ataupun langsung. Baju yang dipinjamkannya pada Bright juga tak kunjung dikembalikan. Bahkan mamanya tak pernah lagi menyuruh Win mengantar makanan pada si guru muda.

"Kak, mama ninggal kompor nyala ya di dapur masih masak air. Nanti kalo mendidih tolong matiin." Dome berucap sambil lewat menenteng dompet hendak keluar rumah.

"Eh, ma kakak mau nanya dong.." cegah Win.

Dome yang sudah memegang daun pintu kembali menoleh. "Nanya apaan? Buruan nanti tukang sayurnya keburu pergi."

"Si adek masih sering dikasih tugas kan dari sekolahan?"

"Masihlah. Itu aja lagi bikin tugas mengarang bebas si adek di kamarnya." Jelas Dome.

Kepala Win mengangguk-angguk. "Berarti pak Bright masih ngasih tugas." Gumamnya. "Tapi kok mama udah nggak pernah nyuruh kakak nganterin tugas lagi ke sekolahan?" Tanya Win menatap mamanya.

"Kan pak Bright nggak nyuruh. Buat apa dianterin?"

"Iya juga. Eh tapi.."

"Nanti aja deh nanyanya mama mau ke tukang sayur dulu."

"Bentar ma, bentar. Satu pertanyaan lagi aja. Pliiis.." Win sudah pasang tampang anak anjing minta dipungut.

Mamanya memutar mata bosan. "Yaudah apa, buru !"

"Kok mama nggak pernah ngasih makanan ke pak Bright lagi?"

"Ya soalnya ibu-ibu yang lain juga nggak ngasih, ngapain mama ngasih? Niatnya kan cuma biar nggak kalah saing doang sama ibu-ibu yang lain. Udah kan? Inget kompor lagi masak air." Dan si mama pergi begitu saja meninggalkan anak sulungnya yang tengah mengelus dada melihat kelakuan mamanya.

Demi membunuh bosan Win akhirnya menyalakan juga televisi di depannya. Menampakkan serial ftv favorit mamanya.

"Aneh, tukang gali kubur kok dijadiin profesi. Berarti kalo nggak ada orang mati dia nggak kerja dong?" Komentar Win pada tayangan di depannya.

"Eh dia do'a minta dikasih banyak rejeki masa? Itu sama artinya kaya dia minta orang-orang pada mati nggak sih?"

"Ih, si mama masa ftv aneh gini ditonton. Mana ngubur jenazah di pinggir tebing lagi, kalo longsor begimane? Menyelamatkan diri duluan yang ada ntar tuh jenazah."

"Itu lagi masa..."

Tok tok tok ..

"Ish, siapa sih ganggu aja."

Tok tok tok ..

"Bentaaaar.."

"Buru geura Win." Ucap seseorang di balik pintu.

Cklek ..

"Lah elu, kak."

"Ngapain aja sih lama amat?" Tanya Toptap yang baru datang.

"Lagi nonton tipi. Lu libur lagi?" Tanya Win. Keduanya sudah duduk nyaman di tempat Win tadi.

Toptap menggeleng. "Dapet shift malem. Oh iya gue kesini mau minta anterin sama lu."

"Kemana? Lagian gue males ah, panas."

"Heh, lu kan utang permintaan maaf sama gue gara-gara ninggalin gue di sekolahan waktu itu. Jadi mau nggak mau lu harus mau."

Study from Home (BrightWin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang