Bright mendorong lambat troli belanjanya, mengikuti sang kekasih yang berjalan di depan. Win tampak memindai satu persatu bahan di rak bahan-bahan kue.
Hampir 30 menit, tapi troli mereka tetap kosong. Padahal Win tak lepas dari catatan yang diberikan Dome sedari tadi.
"Mas." Ujar Win berbalik.
"Kenapa? Udah ketemu bahannya?"
Si gigi kelinci menggeleng.
"Dark cooking chocolate, cocoa powder, sp, skm, vanilli, minyak sayur, apaan sih?" Bingung Win tak mengerti maksud mamanya.
"Hah? Apa?" Yang ditanya ternyata sama saja.
"Kita beli di Amandel aja gimana? Terus kita packing ulang, biar ibu nggak curiga." Usul Bright hampir putus asa.
"Nggak, enak aja. Boong dong. Lagian ntar tante makin kepincut sama browniesnya si Gigi kalo aku nggak gercep."
"Emang browniesnya Gigi kenapa?"
"Ada peletnya." Jawab Win asal.
Bright mendengus heran. "Makanan ikan kali ah pake pelet segala."
"Bodo amat !"
Kembali ke aktivitas awal, Win memindai bahan-bahan yang begitu awam baginya. Sampai tiba-tiba Bright menepuk pundaknya dan menodongkan tangan meminta catatannya.
"Ngapain? Mau mas aja yang nyari?" Tanya Win.
"Iya. Serahin semua sama mas. Kamu tau beres aja deh."
"Beneran?" Aneh juga, kan tadi Bright juga kelihatan tak paham. Kenapa tiba-tiba jadi dia yang mau repot mencari?
"Bener, udah buruan sini. Dari pada kita nyari sampe minggu depan nggak dapet-dapet."
Iya juga sih, untung juga gue jadi bisa leha-leha -batin Win
Memberikan kertas catatannya pada Bright, Win kemudian duduk di salah satu kursi. Memandang tiap pergerakan si guru muda yang kini tampak menghampiri pegawai di sana.
Jauhnya jarak membuat Win tak bisa mendengar percakapan mereka. Tapi dapat Win lihat Bright menyerahkan troli dan catatannya pada sang pegawai, lalu menunjuk Win yang sesang duduk.
Win makin bingung ketika Bright meninggalkan trolinya pada si pegawai dan malah berjalan ke arahnya, menyusul duduk di sampingnya.
Bright tampak menghela nafas setelah duduk nyaman. "Akhirnya... beres dek." Lapornya.
Win mengernyit. "Beres apanya? Barangnya mana?"
Bright malah tersenyum manis dan meletakkan tangannya di kepala Win, mengusapnya lembut. "Sabar, lagi dicariin sama pegawainya. Kita tinggal tau bayar aja habis ini."
Win melongo tapi tetap manggut-manggut. Pintar juga pacar gantengnya, nggak salah pilih profesi.
"Lah, kok mau? Kamu ngejanjiin tips ya sama dia?" Ujar Win ketika teringat judesnya pegawai disini ketika dia pernah menemani belanja mamanya.
Bright tersenyum misterius. "Ada deh.."
"Dih, nyebelin. Kamu ngejanjiin apa mas? Nggak janji mau ngasih nomer kan sama dia?"
Yang ditanya malah tertawa terbahak. Tak mengira dengan jalan pikiran Win.
"Dih, kok malah ketawa?"
"Ya kamunya lucu gitu. Aku nggak janjiin nomer atau tips kok."
"Terus?"
"Ya aku bilang aja, 'Istri saya mau belanja tapi kecapekan mbak, maklum lagi hamil muda. Saya yang disuruh belanja tapi saya khawatir dia pingsan, lemes banget soalnya. Mbaknya bisa bantu saya?' gitu sambil tadi mas nunjuk kamu. Eh si mbaknya mau, katanya 'Saya bantuin, mas jagain istrinya aja.' Yaudah aman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Study from Home (BrightWin)
Fanfiction*Season 2 disini yaaa ;) ... "Sayuuuur ..." "Kak, mama mau ngejar tukang sayur dulu, kamu dengerin apa kata pak gurunya adek ya.." "Lah, kok aku?" "Pak, lanjut sama kakaknya Sky ya, saya tinggal dulu.." "Ok jadi.." "Lho, mas bule?" "Eh, pinky boy?" ...