Chapter 2.5

3.7K 577 55
                                    

Berbekal brownies nyaris sempurna racikan tangan Win dengan (banyak) bantuan dari Dome, kini dua sejoli itu sedang dalam perjalanan menuju rumah Bright. Mumpung belum terlalu sore katanya.

Karena Win takut topping keju di browniesnya akan ambrol jika mereka menggunakan motor matic kesayangan Bright, makanya si gigi kelinci berinisiatif meminjam mobil punya Pavel. Yah meskipun konsekuensinya harus dia sendiri yang menyetir. Bright takut diamuk Pavel kalau mobilnya lecet atau kenapa-kenapa by the way. Apalagi skill mengemudi Bright yang masih di bawah tingkat sang kekasih hati.

"Loh, dek kok malah kesini? Bukannya tadi papa kamu bilang bensinnya udah full ya?" Bingung Bright ketika mobil mereka masuk ke area pom bensin.

"Adek nggak mau isi bensin kok, mas." Jawab Win tanpa menoleh. Masih berusaha mencari lahan parkir.

"Lah, terus?"

Win kemudian menoleh setelah mesin mobilnya berhenti. "Mau numpang ke toilet. Kebelet pipis gara-gara keinget muka galak ibu kamu." Ujar Win dengan kekehan renyah di akhir kalimatnya.

Bright hanya menghela nafas maklum. Memang muka ibunya sudah cetakannya begitu kok, judes. Tapi Bright sayang.







....





Menjelang petang mengganti senja, mobil yang ditumpangi Win dan Bright sampai di tempat tujuan. Turun dari mobil, memandang halaman depan rumah Bright, sontak wajah Win memerah teringat adegan akustikan lagu JAP yang jadi tahap awal hubungan resmi mereka.

"Ayok masuk." Ajak Bright.

Win mengangguk, mengikuti langkah si guru muda dengan sekotak brownies di tangan kanan.

"Assalamualaikuuuum.." Bright mengucap salam sembari membuka pintu utama. Tak perlu menunggu dibukakan, toh rumah sendiri ini.

"Berisik !" Ketus yang di dalam. Seorang pemuda kurus dengan hape di tangan yang duduk di ruang tamu sendirian.

Plakk..

"Adoooh !!"

"Jawab dulu salamnya, begok !!" Bright.

"Ck. Waalaikumsalam wahai mamasku beserta calon kakak iparku." Jawab si pemuda dengan senyum manis yang dibuat-buat.

"Hai Frank, lagi ngapain?" Sapa lembut Win yang sedari tadi menyaksikan keabsurd-an kakak adik di depannya.

Senyum Frank berubah tulus saat menatap Win. "Hai juga, kak. Aku lagi mabar barusan."

"Kok di sini?"

"Nyari sinyal yang kenceng."

"Sepi amat. Ibu bapak kemana?" Tanya Bright setelah ketiganya duduk memutari meja di ruang tamu.

"Lagi di kebun ngawasin kulinya. Hari ini kan kopi pas panen." Terang Frank melepas perhatian pada hapenya yang menunjukkan tuisan 'game over'.

"Masih lama?" Tanya Win.

"Nggak kok, kak. Bentar lagi pulang palingan. Udah mau malem juga."

Tak lama terdengar suara deru mesin motor gede yang sepertinya berhenti di samping mobil Win terparkir. Segera saja wajah Frank menjadi berseri-seri.

"Kena.."

"Mas, aku pergi dulu jemputannya udah dateng. Bilangin ibu bapak ya nanti, tolong. Makasih. Bye."

"..pa kamu senyum-senyum sendiri?"

Tak berguna, karena Frank keburu melesat menyambut si pemuda yang menunggunya di atas motor. Membuat Bright menggeleng kepala melihat kelakuan adik semata wayangnya.

"Siapa mas?" Tanya Win dengan mata tertuju pada Frank dan si pemuda yang kini motornya mulai melesat.

"Hah? Oh.. apa?" Bright masih bengong ternyata.

"Itu yang sama Frank? Kang ojek?" Ulang Win.

"Ngarang. Si Drake itu, pacarnya dia."

Ohh.. yang katanya anak band teaa -batin Win mengingat perkataan calon ibu mertua

Diam-diam Win memperhatikan penampilan Drake. Khas anak band yang terkesan nakal.

Wajah ganteng semi bulenya, rambut yang diikat macam Ibrahim Movic, jaket jeans mirip Dilan, kaos hitam dengan logo 'Setarbak' di dada, serta celana jeans robek yang bolongnya segede-gede alaihim. Jangan lupakan harley tunggangannya yang bahkan dari suara knalpot saja sudah terdengar macho.

Si Frank pinter bener nyari pacarnya -batin Win ngenes mengingat motor beat pendek milik sang kekasih

"Dek.. dek.. oii.." lambaian tangan Bright tepat di depan muka menyadarkan Win dari lamunan.

"Kenapa kamu?" Lanjutnya setelah Win menaruh atensi penuh.

Win menatap kanan-kiri salah tingkah. "Eh, anu itu.. cakep.."

"Hah?"

"Eh enggak.. panas, iya maksudnya panas.." jawab Win mencari alasan sambil mengibas-ngibaskan tangannya seolah sebuah kipas.

"Oh.. yaudah mas ambilin minum dulu ya bentar. Kamu mau minum apa?" Tanya Bright.

Beat nggak apa-apa lah, yang penting perhatian kaya gini -batin Win (lagi)

"Air putih aja deh, mas. Pakein es sama sirop dikit." Pinta Win sambil menunjukkan cengiran lucu. Bright mau protes jadi tak tega. Lemah.

Sembari menunggu sang calon mertua pulang, sekaligus menunggu Bright mengambil minum Win mengedarkan matanya menatap setiap sudut ruang tamu.

Beberapa figura foto menarik perhatiannya. Ada foto keluarga saat Bright dan Frank masih kecil, sepertinya si kebun binatang. Ada juga pas foto hitam putih ukuran besar milik Bright dan Frank saat masing-masing lulus SD. Juga yang terbaru foto puluhan orang yang berderet dengan setelan rapi, sepertinya kenang-kenangan masa pra-jabatan Bright tahun lalu.

Nanti foto nikahan gue nempelnya di samping foto keluarga itu tuh, pasti keren -batin Win mulai mengawang

"Nih dek 'air putih'nya." Ujar Bright yang datang  dari dapur dengan menekankan kata air putih.

Win berbalik. "Makasih, mas."

"Sama-sama, sayang.."

"Eh...."

"Assalamualaikuuuuum.."

Brushh !!

Belum juga kagetnya karena dipanggil sayang selesai, Win sudah dibuat kaget lagi dengan teriakan keras dari arah teras. Sontak saja minumannya muncrat.

"Eh, maaf mas, maaf nggak sengaja." Win menatap Bright yang kecipratan penuh sesal.

"Nggak apa-apa, kok. Santuy."

Jiaah, mulai ketularan anak-anak jaman now nih si mas Bright.

Cklek..

Ternyata yang datang ibu dan bapak Bright. Tak kedengran suara mobilnya karena memang mereka tak menggunakan mobil. Sudah terbiasa jalan kaki tiap ke kebun kopi.

"Waalaikum salam.." kompak Bright dan Win.

"Eh, ada Win ternyata. Dari tadi?" Pak Podd tersenyum hangat.

"Barusan kok, om." Jawab Win.

Tapi ternyata tak hanya berdua, seorang lagi datang menyusul di belakang keduanya.

"Ayo masuk, Gi." Ajak Gawin.

"Eh iya, tan. Loh ada Bri juga. Apa kabar, Bri?"

Bri?? -Win












Bersambung...








Vote comment dulu yaa☺️
Jangan keseringan nyider, nggak ada faedahnya 😆😆

Sorry for typo and thankyou 😉

Study from Home (BrightWin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang