Empat hari berlalu semenjak peristiwa pengajuan proposal yang dilakukan Bright pada Pavel. Empat hari pula sosok tampan si guru muda absen mengisi ruang pandang sang kekasih hati.
"Haaaaah.." lagi-lagi helaan nafas putus asa. Seolah bebannya sudah seberat seorang presiden yang sebagian besar pejabat negaranya terlibat korupsi.
Saat ini Win tengah menatap kosong televisi menyala di hadapannya. Sedangkan di samping si manis, duduk ibunda tercinta yang sedang terbahak menyaksikan film pendek berjudul "Tilik" yang menurutnya lebih menarik timbang mengurusi kegalauan sulungnya.
"Ma.."
"Hm?" Masih fokus pada televisi.
"Mamaaaa.." merengek menggoyang lengan mamanya.
"Ish, apa sih kak? Lagi seru nih denger nyinyirannya bu Tejo."
"Mau ke tempat mas Bright, ya?"
Sebenarnya masih tak peduli. "Yaudah sana, pake laporan segala."
Win yang mendengar jawaban mamanya mulai dibuat kesal. "Ck, si mama ih ditanya malah jawabnya gitu. Jadi orang tuh mbok yang solutippp !!"
"Dasar anak kurang ajar !!!"
....
Dengan menggunakan jasa gojek akhirnya Win sampai di kontrakan kecil Bright. Mengecek penampilannya sejenak sebelum masuk, celana jeans-nya sudah cukup ketat, kemejanya sudah cukup longgar, bahkan dua kancingnya terbuka, perfect. Entah maksudnya apa.
Pintu diketuk sekali dua kali, masih tak ada hasil. Sampai ketukan ke-lima yang keluar malah tetangga sebelah dengan seluruh sisi kepala penuh rol rambut.
"Nyari pak Bright ya, mas?" Tanya si ibu tetangga.
Iyalah, masa ngetoknya di sini saya nyarinya situ? -batin Win dongkol
"Iya, bu. Kok kayanya sepi ya?" Win berucap ramah dengan senyum manis, berkebalikan dengan isi hati.
"Pergi dari tadi, mas. Kayanya keluar deh soalnya pake kaos doang."
"Oh, yaudah saya pulang aja deh. Makasih banyak, bu."
"Sama-sama."
Setelah si ibu masuk rumahnya lagi, Win tak lantas pulang. Dia sempatkan sekedar berdiri melamun mengingat pesan Bright beberapa hari lalu padanya.
Katanya, "Mas bakal sibuk ngerampungin ngisi data dapodik sekolah beberapa hari ini, dek. Udah mepet banget waktunya, cut off akhir bulan ini." Ck. Apa itu alasan Bright menghilang?
Tapi sekarang dia kemana? Masa ke sekolah pake kaos doang? Apalagi Win begitu hafal bagaimana kaos-kaos koleksi Bright. Kalau tidak kucel, ya warnanya pudar. Sukur-sukur tidak ada robekan atau benang lepas yang dibiarkan mengulur ke luar.
"Ke alfamarket dulu aja deh nyari diskonan sama tebus murah, baru pulang. Sayang kan gue udah dandan cakep begini nggak dipamerin ke siapa-siapa."
....
Dencit rem yang tak nyaman di telinga terdengar dari motor Bright yang kebetulan sudah terlalu lama tak sempat service. Motor Beat ramping berwarna hitam metalic itu berhenti tepat di depan rumah kedua orang tuanya. Iya, Bright pulang ke rumah.
Pemandangan pertama yang dilihatnya di rumah hari itu adalah Frank, sang adik kesayangan yang sedang sibuk menyapu halaman.
"Nyapunya yang bersih, tar kalo nggak lakinya brewokan lho.." goda Bright.
Frank mencebik sebagai respon. "Kalo brewokannya ganteng kaya Hamish Daud, kenapa enggak?" Setelah itu menjulurkan lidah mengejek pada kakaknya.
"Yeee, emangnya kamu Raisa? Ibu bapak mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Study from Home (BrightWin)
Fanfiction*Season 2 disini yaaa ;) ... "Sayuuuur ..." "Kak, mama mau ngejar tukang sayur dulu, kamu dengerin apa kata pak gurunya adek ya.." "Lah, kok aku?" "Pak, lanjut sama kakaknya Sky ya, saya tinggal dulu.." "Ok jadi.." "Lho, mas bule?" "Eh, pinky boy?" ...