BAB 2

702 262 109
                                    

* Aku akan melakukan apapun yang      kalian minta, asalkan kalian bisa   bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


* Aku akan melakukan apapun yang
     kalian minta, asalkan kalian bisa
  bahagia. Karena hanya itu tujuanku
  untuk hidup didunia yang kejam ini *

                                 *****

Zahra melangkah tidak semangat menuju kamarnya. Bagaimana, tidak. Perkataan ayahnya masih saja terus berputar di otaknya seperti kaset. Apa yang harus ia lakukan sekarang dan kemana ia harus pergi, pikir Zahra.

Tiba-tiba saja Kinar menghalangi dirinya. Kinar sangat penasaran, ia ingin tau, apa yang dikatakan oleh ayahnya pada Zahra.

Kinar menatap Zahra, seperti biasa. Tatapan sinis dan tidak suka. "Ayah bilang apa? Sama lo!" tanyanya.

Zahra langsung menangis ia mengadu pada kakaknya."Ayah, ngusir gue kak" jawabnya sambil menangis.

Kinar semakin tidak suka pada Zahra yang seperti anak kecil, alay pikirnya. "Huh, dasar cengeng."

"Kak, Zahra mohon sama kakak. Tolongin Zahra kak. Bilangin sama ayah, jangan usir Zahra dari rumah ini. Zahra, nggak mau pergi ninggalin kalian." Zahra langsung memeluk kakaknya. Namun, Kinar langsung melepaskannya kasar.

"Gue nggak mau." tolak Kinar.

"Tapi, kak. Kenapa?"

"Lo bodoh apa gimana sih?" sergah Kinar.

"Ayah nggak ngusir lo."

"Maksud kakak apa?"

"Ihh, dasar bodoh!" kesal Kinar.

Zahra tidak marah pada kakaknya yang sudah mengumpat kesal. Karena Zahra sudah terbiasa mendengarnya.

"Lo nggak tau apa? Kalau besok, kita pindah rumah" terang Kinar yang membuat Zahra terkejut.

"Kata siapa kak? Kakak jangan ngada-ngada deh?" tanya Zahra merasa heran. Kenapa dirinya tidak tau tentang hal ini, pikirnya.

Kinar tertawa. Entah apa yang lucu. Namun, nadanya seperti ingin meremehkan.

"Kasian banget gue sama hidup lo. Gue yakin, pasti lo nggak dikasih tau sama ayah dan bunda kan? Kasian!"

"Lo udah taukan? Sekarang kemas barang-barang lo sana. Gue masih peduli, ngingetin lo. Kalau, gue nggak peduli, udah pasti gue biarin aja lo ditinggal sendiri disini" ucap Kinar sambil mendorong kasar punggung Zahra yang sudah kembali menangis. Sedangkan Kinar merasa puas.

Didalam kamar, yang Zahra lakukan adalah menangis dan menangis. Ia juga tidak tau, kenapa dirinya begitu sangat lemah. Dilihat dari luar, Zahra itu orangnya sangat menakutkan dan pemberani. Namun, siapa yang tau kalau sebenarnya Zahra itu seperti kaca yang mudah pecah ketika ia disakiti oleh keluarganya.

Zahra menyeka air matanya dengan kasar. "Lo harus kuat, nggak boleh lemah." Tidak sekali atau dua kali. Tapi, bahkan sudah berkali-kali Zahra memberikan semangat pada dirinya sendiri. Ibarat kata, walau sudah lelah dengan hidup, Zahra selalu bangkit lagi ketika berkali-kali jatuh atau dijatuhkan oleh orang lain.

ZAHRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang