BAB 18

185 41 17
                                    

       Berharap kamu akan membalas      cinta ku? Tapi, itu hanya ekspetasi        ku yang tidak mungkin menjadi                                realita!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


       Berharap kamu akan membalas 
    cinta ku? Tapi, itu hanya ekspetasi        ku yang tidak mungkin menjadi
                               realita!

                                *****

"Bangun! Eh anak nggak berguna bangun." Vita menggerakkan kasar bahu anaknya yang sedang tertidur pulas. Berkali-kali dia melakukannya, tapi Zahra tetap tidak terbangun dari tidurnya. Mungkin Zahra sedang mimpi indah.

Byur..

Vita yang sudah marah dan kesal, langsung meraih air minum yang ada didekat samping kasur anaknya guna menyiram wajah Zahra.

Zahra kaget dan langsung merubah posisinya menjadi duduk. Ia terbatuk keras karena air itu masuk kedalam mulut serta hidungnya. Ia menatap takut kepada ibunya.

"Untung, bunda masih baik nggak pake air panas buat nyiram kamu. Udah kebiasaan kamu males-malesan. Ingat Zahra dirumah ini kamu cuma jadi pembantu. Jangan harap kamu bisa hidup enak." omel Vita.

"Maaf Bun. Zahra ingat kok posisi Zahra dirumah ini." ucap Zahra.

"Bagus, kamu sadar diri. Harusnya pembantu itu berguna. Tapi, kamu nggak berguna sama sekali. Emang ya hidup kamu nggak pernah berguna" ucap Vita tanpa sadar telah melukai perasaan anaknya sendiri.

"Nyesal banget saya ngelahirin anak kayak kamu" lanjut Vita. Padahal ini bukan pertama kalinya Vita berkata seperti itu. Tapi sudah yang kesekian kalinya. Bahkan dulu Zahra sering mendengarnya. Entah kenapa Zahra tetap sabar walau hatinya terasa sakit. Dadanya terasa sangat sesak, sulit untuk bernafas. Kenapa? Kenapa ibunya begitu tega mengatakannya. Detik itu juga Zahra langsung menangis, tidak tahan lagi dengan rasa sakit dihatinya. Anak mana yang tidak sedih, ketika tau ibu yang sudah membesarkannya dengan baik tiba-tiba merasa sangat menyesal telah melahirkan dirinya. Ya, selama ini Zahra masih menganggap semua yang telah dilakukan oleh keluarga nya adalah hal yang paling terbaik untuknya.

"Jangan bilang kayak gitu bunda, kalau Zahra ada salah sama bunda. Zahra minta maaf," lirih Zahra masih menangis.

"Kesalahan kamu banyak Zahra. Liat, ini udah jam berapa? hah?"

Zahra baru sadar ternyata dia bangun kesiangan. Untung saja hari ini adalah hari Minggu. Jadi, dia bisa bebas dari hukuman jika dia sekolah.

"Maaf." hanya kata maaf yang bisa Zahra ucapkan sekarang. Ia sudah tau kesalahannya. Dan itu membuatnya tidak berpikir keras lagi.

Plak..

Refleks, Vita menampar pipi anaknya. Ia tidak sengaja melakukannya. Jika mengingat kejadian itu Vita jadi benci kepada Zahra, sangat benci. Tapi, Vita tidak bisa melupakannya. Ya, benar Vita menampar Zahra karena teringat dengan kejadian itu.

Zahra memegang pipinya yang merah. Ia tidak masalah dengan rasa sakitnya tapi Zahra bertanya-tanya kenapa ibu yang paling ia sayangi, selalu benci padanya. Tuhan, tolong bantu jawab sebenarnya apa kesalahannya kenapa dirinya selalu dibenci oleh semua keluarganya sendiri.

ZAHRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang