BAB 20

212 31 15
                                    

            Jangan pernah mengeluh,             karena itu tidak akan bisamenyelesaikan masalah!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

            Jangan pernah mengeluh,             karena itu tidak akan bisa
menyelesaikan masalah!

                               *****

Raka terus menatap kearah Aldi yang sibuk menulis sesuatu di buku diary miliknya. Sekarang mereka berempat berada dirumah Riza. Karena kedua orang tua Riza sedang berada diluar kota. Biasa sibuk mengurus bisnis. Mereka semua berada disana untuk menemani Riza yang bosan sendiri berada dirumahnya.

"Gaes gue ada cerita nih. Tadi pagi tuh ada monyet yang mau maling mangga disekolah kita. Mau tau nggak siapa monyetnya?" ucap Riza menceritakan pada sahabatnya. Namun, Raka hanya diam sibuk dengan pikirannya. Aldi sibuk menulis. Kecuali Vino yang langsung membekap mulutnya.

"Diam," ucapnya menatap tajam Riza.

Bukannya takut, Riza malah semakin bersemangat melihat Vino ketakutan.
"Monyetnya teman kita, si Vino." ujar Riza lagi. Detik itu juga Vino langsung menendang tulang kering Riza.

"Mampus lo! Dasar tukang ember. Jangan percaya sama anak setan ini, gue nggak maling ya." bela Vino. Tapi respon kedua sahabatnya hanya diam tidak peduli.

"Sukanya sama adek gue, tapi malah ngegombal Lila. Dasar buaya!" Vino tidak henti-hentinya memojokkan Riza yang sedang merintih kesakitan.

"Lo sebenernya suka sama siapa sih?" tanya Raka yang mulai buka suara.

"Dih, kepo! Lagian apa urusannya sama lo kalau gue suka Zahra atau suka sama Lila lele?" jawab Riza.

"Ok. Nggak jadi nanya." Raka jadi gelagapan sendiri.

"Kalau lo gengsi suka sama adek gue, yang ada lo bakal kepanasan terbakar api cemburu ngeliat adek gue sama Riza nanti. Nggak usah gengsi ngapa? Bilang aja, nggak usah takut kemakan omongan diri sendiri. Banyak orang lain yang sama kek gitu." jelas Vino panjang lebar. Tapi, Raka menggeleng cepat. Lagi dan lagi raka membohongi perasaannya sendiri.

"Gue harap lo nggak nyesel" lanjut Vino kembali bermain game.

"Al, tadi kenapa lo nggak sekolah?" tanya Riza menatap sahabatnya.

Aldi menutup bukunya dan menaruh buku itu diatas meja, lalu mendongak menatap ketiga sahabatnya.

"Oh itu, tadi pagi gue tiba-tiba sakit perut. Biasa kalau abis makan pedes" jawab Aldi sambil ngenyir.

"Dia mulai berbohong." ucap Raka dalam hati. Sudut bibirnya terangkat melihat raut wajah sahabatnya.

"Sama aja lo bikin penyakit. Lo udah tau nggak bisa makan makanan yang pedes, kenapa dimakan? Bego banget sih Al! Lain kali nggak usah dimakan ingat kesehatan lo lebih penting." ujar Riza mengomel seperti emak-emak.

ZAHRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang