BAB 14

256 81 19
                                    

             Banyak hal yang ingin ku      tanyakan pada mu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

             Banyak hal yang ingin ku
     tanyakan pada mu. Salah satunya
        tentang perasaan hati ku yang
     selalu berdebar dengan kencang
               ketika melihat diri mu.
        Apa itu yang namanya cinta?

                               *****

Zahra dan Raka duduk bersebelahan dibangku plastik yang disediakan oleh penjual sate ayam tersebut. Mereka berdua sedang menunggu pesanan. Cewek itu sibuk menatap kearah lain, mengalihkan matanya menatap Raka yang terus memperhatikannya.

Sedangkan beberapa pembeli lain yang juga berada disana dan sedang menunggu pesanan sengaja menatap kearah Raka. Bagaimana tidak, Raka sangat tampan malam ini. Sepertinya mereka barusan melihat pangeran. Raka mengenakan kaos oblong warna putih dipadukan dengan jaket kulit warna hitam dan celana jeans warna sama. Benar-benar sangat menggoda para betina ketika melihat pesonanya.

"Berhenti natap gue, nyet!." ucap Zahra kesal kepada Raka.

"Dih, kege'eran! Siapa juga yang mau natap muka lo yang pas-pasan kayak gitu. Orang lagi natap mbaknya" balas Raka sambil tersenyum kearah mbak penjual. Tentu saja berbohong. Zahra langsung terdiam menahan malu.

"Ini pesanannya mas," mbak penjual itu balas tersenyum dan memberikan dua piring pada Raka dan Zahra serta dua minuman dingin.

"Makan dulu! Gue nggak mau liat lo pingsan nanti. Lo harus temanin gue pergi kebanyak tempat malam ini, nggak boleh nolak. Paham?"

Zahra hanya mengangguk pasrah. Entah sudah yang ke-berapa kali Raka menyatakannya. Bahkan, Zahra muak mendengarnya. Dia juga sudah tau jika malam ini, dia harus menemani Raka. Tidak perlu diingatkan lagi, pikirnya merasa kesal.

Zahra meraih piring itu dan mulai menusuk potongan kecil dari ketupat memasukkannya kedalam mulutnya.
Seketika Zahra terdiam, menikmati rasanya yang sangat enak. Ia kembali menoleh menatap Raka.

"Gila, enak banget," pekik Zahra.
Semakin membuat semua orang lain menatap pada mereka berdua. Tapi, mereka berdua tidak peduli.

"Hmm. Kalau mau nambah bilang!" sahut Raka.

"Serius, gue boleh nambah lagi?" tanya Zahra merasa tidak percaya.

"Sepuas lo! Udah makan dulu, nggak usah banyak ngomong," jelas Raka menegurnya membuatnya langsung tersenyum senang.

Seperti yang dikatakan oleh Raka, Zahra beranjak untuk menghampiri penjual sate tersebut dan kembali membawa satu piring sate. Kemudian memakannya sampai habis. Jangan ditolak kalau ada yang gratis, bukan.

"Gue aja yang bayar" ucap Zahra.

"Ya, emang lo sih yang harus bayar." Perjelas Raka tersenyum manis pada Zahra. Itu artinya isi dompetnya jadi masih aman.

ZAHRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang