Tetaplah menjadi diri mu
sendiri. Jangan berpikir untuk
menjadi orang lain. Sebab, itu
akan membuat beban mu semakin
bertambah banyak setiap harinya*****
Plak...
Plak...
Kinar menampar kedua pipi Zahra secara bergantian. Dia menatap tajam pada adiknya. "Kenapa sih lo selalu aja nyakitin orang yang gue sayang, hah." ujar Kinar marah. Zahra tahu kalau Bima saat ini adalah pacar kakaknya.
"Maksud Kakak apa? Salah Zahra dimana?" tanya Zahra yang sudah menangis. Ia tetap berusaha menatap mata kakaknya meski takut.
"Masih nggak sadar lo? Gara-gara lo, Bima jadi masuk rumah sakit. Dasar nggak berguna lo. Gue benci banget sama lo, Zahra. Mending lo mati aja kayak nenek." Kinar terus menjambak kuat rambut adiknya yang merintih kesakitan.
"Kak, sakit! Lepasin kak! Zahra mohon." ucap Zahra terus memohon, namun seketika tubuhnya mematung mendengar ucapan Kinar. Nenek? Siapa? pikirnya.
"Dasar adik sialan lo, Zahra! Gue nggak akan pernah berhenti nyakitin lo. Gue nggak akan pernah puas kalau lo belum menderita." ucap Kinar.
Hinaan?
Cacian?
Makian?
Zahra sudah sering mendengarnya setiap hari. Jadi, Zahra akan terlihat baik-baik saja walau tidak dengan hatinya.
Tiba-tiba Kinar mendorong kuat adiknya lalu pergi begitu saja. Dasar tidak punya hati!
Zahra yang tidak siap, tersungkur ke lantai. Zahra terus memikirkannya. Apakah yang dimaksud kakaknya adalah neneknya sendiri. Kenapa dia harus mati seperti neneknya. Terus siapa neneknya? Kenapa dia tidak mengetahuinya. Banyak pertanyaan yang berputar di kepala Zahra saat ini dan hal itu membuat kepalanya terasa sangat sakit.
Persetan memikirkan dirinya, Zahra
berusaha menahan rasa sakit yang ada dipunggung karena menghantam lantai dengan cukup keras. Sekuat tenaga dia berusaha untuk berdiri kembali lalu Zahra menyeka kasar air matanya yang jatuh."Jangan nangis bodoh! Lo harus kuat
Lo harus cari tau rahasia apa yang disembunyikan oleh keluarga lo, Ra." ucap Zahra menyemangati dirinya. Akhir-akhir ini Zahra mulai curiga jika ada sesuatu yang disembunyikan oleh keluarganya sendiri.Tiba diruang makan, Zahra menarik nafas agar dirinya terlihat tenang dan baik-baik saja.
"Ayah, bunda, Zahra mau berangkat sekolah dulu. Assalamu'alaikum" pamit Zahra dan langsung pergi. Toh, kalau dia menunggu orang tuanya juga pasti tidak akan menjawab salam darinya. Lebih baik Zahra langsung pergi saja bukan. Walaupun terkesan tidak sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAHRA
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] [Teenfiction] "Tuhan, aku hanya ingin melihat keluargaku bahagia. Itu saja cukup untuk ku, tidak meminta lebih kok" ~ Zahra. Ini kisah Zahra, yang bernama lengkap Zahra Ananda Wijaya. Ia adalah gadis yang sangat cantik...