BAB 8

414 184 39
                                    

                     Mengakhiri hidup?        Oh aku tidak akan sebodoh itu        untuk menyelesaikan masalah             yang terjadi menimpa ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


                     Mengakhiri hidup?
        Oh aku tidak akan sebodoh itu
        untuk menyelesaikan masalah
             yang terjadi menimpa ku.

                                  *****

Setelah Zahra diam, Raka langsung melepaskan pelukannya menatap mata Zahra dengan perasaan yang masih panik. Raka beralih memegang kedua pundak Zahra dengan kepala yang sedikit menunduk agar bisa melihat wajah cantik Zahra.

"Lo baik-baik ajakan?" tanya Raka. Tapi, kali ini Raka khawatir dengan Zahra yang terus melamun.

Zahra tidak menghiraukannya. Malah Zahra sibuk menatap ponselnya. Raka jadi mengalihkan pandangannya pada ponsel Zahra.

"Huaaa...hiks..." tangis Zahra kembali terdengar oleh Raka dan itu membuat telinganya sedikit sakit. Karena suara tangis Zahra kali ini lebih keras.

"Mau susu?"

Raka sudah pusing memikirkan apa kesalahannya pada Zahra. Setidaknya Zahra memberitahukan dirinya jadi dia bisa memperbaikinya, pikirnya.

Zahra terdiam sebentar, lantas Zahra kembali menggeleng dengan pelan. Ia langsung mendorong Raka, membuat Raka yang berjongkok jadi terduduk. Raka mengusap pelan pantatnya yang terasa sakit karena ulah Zahra yang mendorongnya.

"Lo kira gue anak kecil apa? Nangis karena mau minum susu." kesal Zahra lalu kembali lagi menangis. Kedua tangannya menutupi wajahnya.

"Lo kenapa sih? Kalau kesal? Bilang sama gue, jangan nangis kayak gini. Gue nggak mau liat lo sedih." ujar Raka dengan baik-baik.

Ketika sadar dengan ucapannya, Raka kembali bersuara. "Gue nggak peduli sama lo. Gue cuma nggak mau orang lain salah paham dan ngira gue udah ngapa-ngapain lo lagi. Padahal, gue juga nggak tau apa-apa, kenapa lo jadi nangis."

"Nggak ada orang," sahut Zahra disela tangisnya. Walaupun Zahra menangis, ia masih bisa mendengarkan ucapan  Raka dengan baik. Dan, sekolah juga cukup sepi, tidak ada orang lain.

"Kok lo bisa tau sih?" Raka bertanya heran. Padahal Zahra tidak melihat pada sekitarnya.

"Bodoh, kan udah pada pulang." runtuk Raka dalam hatinya.

"Udah, diem aja lo nggak usah banyak nanya. Gue mau nangis dulu" ujarnya. Zahra kembali lagi menangis. Bahkan, sampai sesenggukan.

Raka hanya diam menatap Zahra yang sedari tadi terus menangis. Raka tidak tau apa yang terjadi pada Zahra. Jujur Raka sangat pusing memikirkan sikap Zahra. Sebelumnya, dia tidak pernah bertemu dengan gadis yang tidak tau malu bisa menangis dihadapan orang lain, ya seperti Zahra ini, pikirnya. Itu membuatnya sedikit tertarik dengan gadis yang ada dihadapannya.

"Udah selesai acara nangisnya?" Raka bertanya ketika melihat Zahra sudah berhenti menangis. Bahkan, matanya terlihat sedikit bengkak.

Zahra mengangguk pelan sebagai jawaban. "Capek juga ya, gue nangis terus, ternyata nangis itu juga butuh tenaga." ujar Zahra. Entah pada siapa. Membuat Raka yang mendengarnya tertawa kecil.

ZAHRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang