Memaafkan adalah cara
yang paling terbaik untuk
menyembuhkan luka hati.*****
Saat ini, tepatnya dijam istirahat yang pertama Raka dan ketiga sahabatnya sudah berada diatas rooftop sekolah. Sebelum istirahat, mereka semua ada dikantin untuk mengisi perut mereka. Mengingat hari ini semua guru tidak masuk di seluruh kelas. Jadi, seperti biasanya mereka berempat langsung pergi keatas rooftop untuk bersantai. Sedari tadi Raka hanya diam tanpa melakukan apapun. Aldi memilih menulis sesuatu dibuku diary-nya. Kemanapun Aldi pergi, pasti selalu membawa buku diary-nya. Vino tengah bernyanyi dan Riza yang memetik gitar ditangannya.
"Ku hanya diam.... menggenggam.... menahan.... segala kerinduan... memanggil nama mu.... di setiap malam.... ingin engkau datang... dan hadir... di mimpi ku.. rindu.." Vino menyanyikan lagunya dengan sangat menghayati sampai akhir. Walaupun suaranya Vino tidak sebagus suara Raka, tapi tetap terasa enak didengar ditelinga. Suasana yang tadinya sunyi dan sepi menjadi lebih sedikit tenang dan nyaman ketika Vino bernyanyi. Bahkan, ketiga sahabatnya merasa terhibur.
Vino meraih botol minuman yang ada diatas meja lalu meneguknya sampai tandas. "Cape banget gue nyanyi, bisa hilang suara gue. Tapi btw suara gue baguskan?" keluh Vino merasa lelah. Bagaimana tidak merasakan lelah, dia sudah menyanyikan tujuh buah lagu. Bahkan ada yang berulang kali.
"Bagus dari mananya? Suara lo lebih mirip suara cicak yang lagi ke-jepit." jawab Riza sambil tertawa mengejek.
"Iri bilang aja lo." sergah Vino balas menatap tidak suka pada sahabatnya.
"Nggaklah, ngapain gue iri sama lo? Iri sama orang itu nggak boleh tau, dilarang sama Tuhan." ujar Riza.
"Tumben otak lo ada didalem kepala lo," ketiga sahabatnya serentak noleh kearah Vino dan dia kembali bersuara "Biasanya juga ada didalem pantat lo,"
Sontak, mereka bertiga langsung menertawakan Riza yang terkejut mendengarnya. Bahkan, Raka juga ikutan terkekeh pelan. Merasa kesal, Riza langsung menoyor kepala Vino.
"Njing, sakit ngab!" rintih Vino balas menoyor kepala sahabatnya. "Baru impas," ujarnya menjelaskan.
"Jawab jujur, jangan bohongi gue. Gue udah tau kalau lo jalan sama adek gue malam minggu kemarin. Gue cuma mau tau alasan lo, kenapa nggak kasih tau kita?" pertanyaan Vino membuat Raka tiba-tiba terbatuk pelan. Waktu itu Vino tidak sengaja melihat mereka dan dia peka untuk tidak mengikuti kemana mereka pergi.
Raka menarik nafas, berusaha untuk bersikap tenang tidak boleh gugup seperti ini, pikirnya. "Nggak sempet," jawabnya cuek.
Vino hanya manggut-manggut. Tapi, tangannya langsung menepuk bahu Raka cukup kuat membuat Raka jadi meringis kesakitan.
"Lo suka-kan sama adek gue? Hayoo, ngaku aja lo. Nggak usah pake gengsi ngapa?!"
"Nggak!" jelas Raka, matanya menatap kearah lain seperti sedang berbohong. Bohong atau tidaknya hanya dirinya sendiri yang tau dengan perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAHRA
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] [Teenfiction] "Tuhan, aku hanya ingin melihat keluargaku bahagia. Itu saja cukup untuk ku, tidak meminta lebih kok" ~ Zahra. Ini kisah Zahra, yang bernama lengkap Zahra Ananda Wijaya. Ia adalah gadis yang sangat cantik...