Ior adalah seorang pemuda biasa dan tidak memiliki kelebihan apapun dalam hidupnya. Hidupnya hanya dipenuhi oleh kemalangan dan rasa iba yang melumuri setiap tetes keringatnya. Ia hidup seorang diri dan bertemankan belas kasih orang-orang yang melihatnya memopong setiap bahan bangunan yang ia gendong menuju tempat bangunan itu dibangun. Kuli panggul adalah pekerjaannya, terkadang ia juga suka menjadi sopir serabutan meskipun resiko yang tinggi karena ia tidak memiliki Surat untuk mengemudi.
Satu-satunya teman yang selalu menemaninya hingga sekarang adalah sahabatnya Rura. Wanita yang ia temui tanpa sengaja di sebuah gedung kosong yang hendak Ior ratakan. Semenjak saat itu, Rura selalu membuntuti Ior dan memberikan apa yang Ior butuhkan. Hingga lama-kelamaan mereka saling kerasan satu sama lain dan menjadi sahabat yang sangat dekat.
Suatu hari, Ior sedang beristirahat di sebuah lantai kosong tempat ia bekerja. Ior selalu tidur sdengan menutupi wajahnya dengan topi yang selalu ia pakai sedari ia kecil. Wajahnya tertutupi oleh topi itu, sehingga terik matahari tidak merambat menyilaukan matanya. Kemudian, suara yang sangat familiar dengannya terdengar. Memanggil-manggil Ior dengan rintihan meminta bantuan.
"Tolong .. tolong .. seseorang tolong bantu aku!." Teriakan itu begitu nyaring terdengar di telinga Ior. Saking nyaringnya hingga Ior terbangun dan segera bangun tanpa jeda. Begitu ia terbangun sungguh terkejut wajahnya, melihat apa yang mengelilinya. Sebuah tengkorak banteng terpatri dalam sebuah tongkat panjang yang dipegang oleh seorang wanita setengah baya memandanginya dalam-dalam. Bangunan itu berubah menjadi sebuah rerumputan hijau yang menghampar luas, langit biru memudar bak air laut yang berpindah tempat. Ior terbangun dengan dikelilingi sekelompok orang tidak dikenal.
"Dimana ini? Siapa kalian?". Ior ketakutan bukan main. Ia nampak asing dengan wanita setengah baya itu, dari pemahamannya ia mengerti jika wanita ini bukan dari kalangannya, bahkan mungkin berbeda dari dirinya.
"Siapa kau? Dimana aku?". Ior mengambil topi yang terjatuh dihadapan wanita itu. Kemudian sang wanita paruh baya itu menghentakkan tongkat yang ia pegang, seiring hentakan terdengar wajahnya berubah. Seluruh orang yang mengelilinginya juga ikut berubah. Wanita paruh baya itu berubah paras menjadi sangat cantik dan muda, para pengawalnya juga ikut memuda dan gagah. Lalu tatapan dalamnya pada Ior berubah menjadi senyum manis penuh penerimaan.
"Tenanglah, kamu berada di tempatku. Kau datang darimana? Siapa yang mengutusmu?". Ucap wanita paruh baya itu. Ior diam kebingungan, pertanyaan itu tidak bisa Ior jawab karena tak pernah ada dalam kepalanya apa yang wanita itu katakan. "Apa maksudmu? Aku bukan utusan siapa-siapa, aku hanya kuli panggul. Jangan sakiti aku!". Ior ketakutan.
"Kuli panggul? Apa itu? Apa itu salah satu dari sebutan keluargamu?". Wanita itu semakin curiga dengan Ior. Ior hanya menggenggam erat topi yang ia punyai. Ia teringat akan suara yang ia dengar, suara yang membangunkan ia dari tidur siangnya.
"Aku hanya mendengar suara meminta tolong. Kupikir temanku dalam bahaya, karena suaranya terdengar sangat mirip. Itu sebabnya aku kebingungan saat kalian muncul di hadapanku".
Wanita itu terdiam sejenak, mencermati apa yang Ior sampaikan. Lalu, salah satu orangnya membisiki ia sesuatu, dan membuat sang wanita menanyakan sesuatu pada Ior.
"Maksudmu, kau tidak tahu dimana ini?". Wanita itu duduk dan mendekati Ior, memberikan tekanan yang nyata pada Ior yang sedang kebingungan. "Iya, aku tidak tahu ini dimana. Memangnya dimana ini?". Ior membalas tatapan tajam wanita itu dengan sinis. Wanita itu memandangi topi yang sedang Ior genggam. Sekilas seperti tidak ada apa-apa, namun lama kelamaan, wanita itu mulai goyah. Kehilangan keseimbangan dalam duduknya. Sontak hal itu mengejutkan orang-orang yang melihat mereka.
"Apa yang kau lakukan? Apa yang kau lakukan pada Nurana kami?". Ucap seseorang yang perawakannya menyerupai pengawal. Mereka lekas mengerumuni sang wanita, dan lekas menguatkan sandarannya. Sang wanita mengumpulkan suara dan memfokuskan pandangannya sekali lagi di hadapan Ior. Wanita itu seperti sudah menemukan apa yang ia cari dalam jangka waktu yang lama ini, apakah ini orangnya?
"To- topi itu kau dapat dari siapa?". Wanita itu menanyai Ior dengan suara yang agak serak. "Topi ini adalah barang berharga, ini tidak dapat terganti". Ucap Ior penuh keyakinan.
"Siapa yang memberimu?". Ior terdiam sejenak, menarik napasnya dalam-dalam. Ingatannya seolah memaksanya untuk menyebutkan kembali nama dari pria yang sudah menyelamatkannya dulu.
Finale.
Kata yang keluar dari mulut Ior, membuat wanita itu tertegun lesu. Seolah seluruh isi dunia menimpanya dengan keras sekaligus. Ia terkejut dan memancarkan wajah kebahagiaan yang begitu mendalam, mungkinkah anak ini?
"Finale itu yang memberimu topi ini? Seperti apa dia?". Wanita itu terlihat semakin penasaran.
"Dia yang menyelamatkanku, dan dia juga yang membuatku lupa akannya. Yang kuingat hanya namanya saja". Jawaban Ior membuat wanita itu mulai meyakini apa yang ia prasangkakan. Sedari itu juga, ia mulai menekatkan diri memberi semua apa yang Ior butuhkan.
"Jika begitu adanya, kau akan mengingat dia kembali. Karena kini kau berada di tanah Finale". Seloroh wanita itu dengan mata berbinar-binar. Tiba-tiba ia mulai menundukkan kepala seakan menunjukkan rasa patuhnya pada pemuda itu, Ior.
"Tanah Finale? Apa ini tanah kepunyaan Finale?". Ior kebingungan, wanita itu kemudian menarik lengan Ior, membalikkan telapak tangannya dan menunjukkan tanda yang tiba-tiba muncul. Sebelumnya tidak ada tanda itu dalam diri Ior, namun wanita itu seolah sudah mengerti bahwa tanda itu akan muncul. "Lihatlah tanda ini, ini adalah tanda yang diberikan Finale untukmu. Sekarang hanya sebuah garis, namun nantinya jika kau sudah menemukan jalanmu disini, ini akan menuntunmu pada siapa kau bersemaya".
Ior memandangi hal yang menempel pada tubuhnya, menggosok-gosok tubuhnya seolah tak ingin tanda aneh itu menempel didalam tubuhnya. "Apa ini, kenapa ini ada di tubuhku?" Wanita itu kembali menenangkan Ior, memberikan penjelasan yang barangmungkin bisa membuat Ior tenang walau sesaat.
"Ini adalah pertanda jika kau memang layak ada di Finale, mungkin kau datang dari belahan dunia yang berbeda, zaman yang berbeda atau bahkan dari sesuatu yang tidak kami kenal. Tapi setiap yang datang selalu memiliki tujuan tertentu". Wanita itu semakin menunjukkan ketertarikan yang nyata pada Ior. Ior yang kebingungan tak bisa banyak berkata-kata.
"Lalu kau siapa? Mengetahui segala macam hal yang tidak aku ketahui, siapa kau?"
Wanita itu menundukkan kepalanya sekali lagi, seolah menghormati Ior. "Aku adalah Qina dari klan Nurana, aku adalah seorang penyembuh yang sedang mencari bahan ramuan disini". Ior semakin kebingungan dengan apa yang sedang ia dengar. Namun meski begitu, ia tahu jika hal ini tidak dapat ia acuhkan.
"Klan Nurana?". Ior kembali menanyakan hal itu pada wanita yang baru saja ia temui. "Ya, aku Nurana Qina, penyembuh terbaik di dataran Finale, dan aku melihat sosok Heen dalam dirimu". Ior kembali tidak mengerti dengan yang ia dengar, semua seolah karangan semata dalam pendengaran Ior. Semakin pusing isi kepala Ior berputar-putar, hingga ia akhirnya jatuh pingsan. Menjatuhkan dirinya dalam pelukan Qina.
***
SEKIAN BUAT PROLOG 7' STARS of THE UNIVERSE SEMOGA KALIAN SUKA YA!
Saran dan masukan akan sangat membantu :)
-Rikiramdn-
KAMU SEDANG MEMBACA
7' STARS of THE UNIVERSE
FantasySetelah terbangun dari tidur siangnya ia terbangun di tempat yang sama sekali tidak ia ketahui. Ior, seorang pemuda biasa yang polos dan tidak memiliki kelebihan apapun, terjebak dan terbangun di dunia yang disebut "Finale" yang terbentuk dari tujuh...