9 - Remember

1.4K 287 16
                                    

Suara tawaan renyah terdengar dari Adhisti dan juga Mika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara tawaan renyah terdengar dari Adhisti dan juga Mika. Pandangan Gian kemudian jatuh pada alumni mereka yang—kalau tidak sekalah berasal dari angkatan 2011.

Gian tidak mengerti kenapa Adhisti dan juga Mika ikut tertawa saat Damar—nama alumni mereka itu mengeluarkan sebuah candaan yang receh, yang menurut Gian tidak lucu sama sekali.

Tapi Gian bisa mengerti. Mereka berdua melakukan itu semua hanya untuk keperluan acara nanti. Tapi akting mereka begitu natural. Hal yang sama sekali tidak bisa Gian lakukan. Setelah Gian pikir-pikir, yang bisa membuatnya tergelak hebat memang hanya anggota Antares. Terlebih lagi saat Brian bercanda.

"Kalau gitu, soal videonya gimana, Mas?" suara Mika kemudian terdengar. Gian cepat-cepat menyudahi lamunannya dan ikut menatap pria itu.

"Oh ya, untuk videonya boleh nggak sih gue kirim lewat email atau upload ke google drive aja? Soalnya kalau ditake sekarang, nggak yakin hasilnya bagus. Gue juga bukan orang yang suka ngomong di depan kamera, Mik."

"Nggak apa-apa kok, Mas. Ntar script nya kita kirim ke email Mas Damar aja ya." sahut Adhisti.

"Sama minta tolong juga, Mas, buat ajakin dua sampai empat orang temennya Mas Damar," timpal Mika.

Damar mengangguk-anggukkan kepalanya, "Gampanglah itu. Ntar kalau udah dapet gue kontak lo aja ya, Mik?"

"Makasih banyak, Mas Damar. Kalau nggak ada Mas Damar, kayaknya nggak bakalan ada deh video-video itu." kata Mika lagi.

Damar menepuk pelan beberapa kali punggung Mika lalu berkata, "Iyee. Aman, Mik. Gue ngerti."

Adhisti lalu menyunggingkan senyumnya lebar dan bangkit berdiri. Mika pun melakukan hal yang sama. Sementara Gian yang sejak tadi menutup mulutnya rapat-rapat pun ikut melakukan hal yang sama. Walau Gian tidak yakin dengan apa yang sebenarnya ia lakukan di sini.

Adhisti kemudian mengulurkan tangannya ke arah Damar. "Makasih sekali lagi ya, Mas Damar. Kita terbantu."

"Iya, Adhis, sama-sama ya. Gila lo pinter banget. Calon-calon kahim ini mah." ujar Damar.

Adhisti yang dipuji hanya menyengir tanpa mengatakan apa pun lagi. Setelah selesai berpamitan dengan Damar, ketiga orang itu pun meninggalkan kedai kopi yang terdapat di gedung perkantoran itu dan berjalan menuju parkiran.

"Alhamdulillah, semoga lancar aja deh minta videonya." gumam Adhisti lalu menoleh ke arah Mika yang berjalan di sisi kanannya. "Thanks, Mik! Tertolong banget."

"Iya, Adhis. Kayak sama siapa juga. Lagian gue kan juga bagian dari panitia ini loh. Nggak mungkin nggak bantu." balas Mika.

Gian yang berjalan di depan mereka tak bicara banyak—tentu saja. Ketika sudah sampai di dekat mobilnya, Gian menekan tombol dikunci mobil lalu membuka pintu dan masuk ke dalamnya. Adhisti dan Mika melakukan hal yang sama. Adhisti duduk di kursi penumpang depan sementara Mika di belakangnya.

Soundtrack : SomehowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang