Pernahkah kamu merasa enggan untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang banyak? Terlebih saat kamu memiliki suatu masalah dengan mereka.
Pasti pernah. Seperti yang Gian rasakan sekarang.
Berat sekali rasanya untuk melangkahkan kaki masuk ke dalam kostan ini. Gian bahkan agak sedikit malas jika ia harus bertemu dengan salah satu anggota Antares. Masalahnya di rumah sudah sangat berat. Belum lagi masalah Antares yang belum juga selesai.
Pagi ini sebelum kelas yang dimulai jam sepuluh, Gian tiba di kost, bermaksud untuk mengemas beberapa helai pakaian dan juga laptopnya untuk dibawa pulang ke Bekasi. Karena sepertinya, Gian akan tinggal di sana dalam waktu yang lama.
"Gian?"
Gian menghentikan tangannya yang sedang memasukkan pakaian ke dalam tas dan menoleh ke arah pintu, menemukan Brian sedang berdiri di luar sana.
"Sumpah," ucap Brian lalu melepas sepatunya dan berjalan masuk ke kamar Gian. "Lo kemana aja sih? Gue telepon sama chat dari kemarin lo anggurin."
"Di Bekasi." jawab Gian melanjutkan apa yang sebelumnya ia lakukan.
Brian mengernyitkan dahinya, memperhatikan Gian yang sibuk memasukkan beberapa pakaiannya dengan asal. "Lo mau ke mana?"
"Ke Bekasi."
Brian semakin menatap Gian tak mengerti. Rasanya anak itu terlihat seperti saat mereka baru pertama kali kenal. Gianjar yang tak banyak bicara dan tertutup.
"Lo kayak orang mau pindah," kata Brian lagi.
Gian menghela napasnya setelah selesai memasukkan barang-barang yang ia butuhkan dan menatap Brian lurus. "Gue mau tinggal di Bekasi dulu."
"Serius? Kenapa?"
Gian hanya menggeleng pelan, "Nggak ada apa-apa."
"Gianjar, lo jangan ikut-ikutan rahasiaan juga. Abang bisa pusing."
Gian dengan refleks tersenyum kecil begitu mendengar ucapan Brian. Sebisa mungkin, Gian mempertahankan senyumannya itu. "Nggak rahasiaan, Bang Brian. But we need some time, right?"
"Terus, lo mau tinggalin gue sama si Ayi? Gue udah cukup diem-dieman juga sama Wira."
"Nggak ada yang suruh lo sama Bang Wira diem-dieman kan, Bang?" balas Gian seraya berjalan keluar kamarnya diikuti oleh Brian. "Gue bakalan balik kalau gue udah ngerasa enakan."
Brian termangu dan menatap Gian yang sedang mengunci kamarnya. "Lo sakit?"
Gian menggeleng, "Gue cuma pengen tinggal sama Mama dalam waktu yang—nggak gue tentukan."
"Gi, ada apa sih? Di rumah ada apa?"
Kini, Giliran Gian yang memberi jeda lalu kembali menatap Brian. "Bang, kadang, ada hal yang susah banget untuk diceritain. Mungkin itu juga alasan Bang Leo punya rahasia. Nggak semua hal harus diceritain."
Brian terdiam lagi dan memandangi Gian lama.
Gian menipiskan senyumnya, "Kali ini kalau Bang Brian nge-chat, nggak bakalan gue kacangin. Gue duluan ya."
Gian kemudian berlalu pergi setelah menepuk pelan pundak Brian, meninggalkan Brian yang tampak sedang memahami maksud perkataan Gian.
-ooo-
Adhisti baru saja akan mengeluarkan motornya dari dalam kost ketika ia melihat Gian sedang berdiri di luar sana—seperti biasa, bersandar di mobilnya dan menyambut Adhisti dengan senyuman hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soundtrack : Somehow
Fiction générale[Completed] Bagi Gian, tidak ada yang lebih spesial daripada Musik dan mungkin sedikit Adhisti.