19 - First Love

1.5K 246 66
                                    

Gian memandangi foto yang terpajang di ruang keluarga rumahnya dalam waktu yang lama sambil menyeruput segelas teh panas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gian memandangi foto yang terpajang di ruang keluarga rumahnya dalam waktu yang lama sambil menyeruput segelas teh panas. Gian merasa aneh begitu menemukan fotonya semasa kecil kembali dipajang di ruang itu.

Saat ia pulang ke rumah tadi malam, Mayang sudah tertidur lelap dan baru mengetahui kepulangan anaknya pagi ini dari Mamang. Tadi malam pun, kondisi rumah sudah gelap dan Gian tidak punya waktu untuk menemukan foto itu di sana. Ia hanya ingin segera tidur di kamarnya.

Tapi pagi ini, foto tersebut membawanya kembali ke masa-masa saat ia baru saja mempelajari alat musik itu. Foto itu juga diambil saat ia memenangkan sebuah lomba yang diadakan oleh akademinya kala itu.

"Gi?"

Gian memutar tubuhnya begitu mendengar suara Mayang. Gian melihat wanita setengah baya—yang masih saja selalu terlihat cantik di matanya menghampirinya. Mayang ikut memandangi foto itu lalu mengulum senyumnya.

"Mama nyesel banget, Gi."

Gian sama sekali tidak menyangka perkataan itulah yang akan keluar dari mulut Mayang pagi ini. Perkataan itu membuat Gian menatap mamanya nanar.

"Mama menghabiskan masa kecil kamu dengan sia-sia. Nggak lihat perkembangan kamu," lanjut Mayang lalu tersenyum kecut. "Mama nyesel... nggak pernah main sama kamu."

Gian termangu dan menurunkan pandangannya. Gian tahu, baik mama pun papanya, mereka sama sekali tidak punya kesempatan untuk saling terbuka satu sama lain. Mereka bertiga sama-sama tidak bisa memulai sehingga apa yang Gian sangka dari dulu pun terjadi. Perceraian. Gian sama sekali tidak keberatan akan hal itu.

Menurutnya, itu malah hal terbaik yang pernah orang tuanya lakukan untuknya. Mereka bahkan tidak pernah mengambil raport nya ke sekolah. Bahkan ketika Gian sengaja berbuat nakal, mereka akan menyuruh Yati untuk datang ke sana.

"Kamu udah sarapan?" tanya Mayang membuat Gian memudarkan lamunannya.

Gian menggeleng pelan, "Belum. Nanti aja. Masih belum laper."

Mayang mengangguk-angguk paham lalu mengusap lembut punggung Gian dan berjalan menuju dapur. Gian lupa, kapan terakhir kali ia melihat Mayang. Punggung ibunya itu terlihat semakin kecil dan kesepian.

Di dalam rumah yang sebesar ini, Mayang sendirian.

-ooo-

Adhisti :

Gi, udah bangun belum?

Gian langsung tersenyum kecil begitu membuka ponselnya dan menemukan chat dari Adhisti. Gian tidak membalas pesan itu, yang ia lakukan selanjutnya adalah menelepon gadis itu.

"Halo?"

"Kenapa?" tanya Gian.

"Kenapa nggak bales aja sih?"

Soundtrack : SomehowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang