"Aku mau balik ke Bekasi sekarang,"
Gianjar memandangi ponselnya dan berharap mendapat balasan dari Adhisti secepatnya. Gadis itu sejam yang lalu mengabarinya akan pulang ke Bekasi sehabis magrib.
Aneh saja, karena biasanya Adhisti akan pulang di sabtu pagi—seperti yang sudah-sudah. Gian bahkan belum sempat bertanya alasan kenapa dan dengan siapa ia pulang, Adhisti sudah keburu pergi. Terbukti dari pesan-pesan dari Gian yang belum dibaca oleh gadis itu.
"Gi?"
Gian menoleh ke arah pintu kamarnya saat mendengar suara Mayang dan juga sebuah ketukan di pintu. Gian meletakkan ponselnya ke atas meja dan membuka pintu, memperlihatkan sosok mamanya yang sekarang sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya. Mayang tidak lagi terlihat lelah atau sedih.
"Kenapa, Ma?" tanya Gian akhirnya setelah memperhatikan Mayang.
Mayang menyunggingkan senyumnya, "Besok kan hari sabtu, gimana kalau kita jalan-jalan? Kamu bilang besok mau ajak Adhis ke rumah kan?"
Memang, Gian belum sempat mengenalkan Adhisti kepada Mayang sebagai seseorang yang lebih dari teman.
Gian kemudian menatap Mayang ramah dan mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali, "Aku coba tanyain Adhis kalau dia udah sampai ya, Ma."
Mayang menepukkan kedua tangannya antusias, "Kamu udah makan belum? Makan yuk—"
Perkataan Mayang terhenti saat samar-samar Mayang dan juga Gian mendengar suara ramai-ramai dari lantai satu.
"Siapa ya itu?" tanya Mayang lalu berjalan lebih dulu ke lantai bawah, meninggalkan Gian sebentar.
Gian lalu mengambil ponselnya dan segera turun untuk menyusul Mayang. Lelaki itu membulatkan bola matanya saat melihat Antares dan juga Adhisti duduk di ruang tamu.
Atensinya langsung mengarah kepada Adhisti, menuntut gadis itu untuk memberikan penjelasan. Adhisti menyegir lalu bangkit dari duduknya dan berjalan keluar rumah bersama Gian.
"Kenapa kamu di sini? Sama mereka?" tanya Gian yang sekali-kali melirik Antares yang masih tetap senyap di ruang tamu.
"Aku emang mau pulang sore ini, tapi Kak Ayres keburu ngehubungin lewat instagram dan nanyain alamat rumah kamu,"
Ucapan singkat dari Adhisti itu sudah cukup menjawab pertanyaan Gian beberapa detik yang lalu—karena melihat kemunculan Antares di rumahnya, lengkap pula.
"Mumpung mereka semua lagi di sini, kenapa Antares nggak coba omongin masalahnya?" ujar Adhisti, membuat atensi Gian kembali terarah kepadanya. "Kalian perlu waktu untuk diskusi kan? Jadi, orang luar mau undur diri dulu."
"Aku antarin kamu pulang,"
Adhisti segera menggelengkan kepalanya untuk menolak, "Aku udah pesen ojol nih, kamu masuk aja."
Gian menatap Adhisti ragu, tetapi gadis itu terus meyakinkannya hingga akhirnya Gian mengalah dan mengikuti kemauan Adhisti.
Gian pun kembali masuk ke dalam rumah, menghampiri Antares yang masih bergeming di posisi mereka dan menghindari tatapan masing-masing. Gian memandangi mereka satu persatu dan merasa aneh dengan pemandangan itu. Mereka yang biasanya berisik bahkan gemar memperebutkan makanan, hari ini malah berusaha menghindari tatapan dari yang satu dan yang lainnya.
"Kok lo semua bisa ke sini sih, Bang?" Pertanyaan Gian itu sontak membuat keempat anggota Antares mengangkat kepalanya dan menatap Gian dengan serempak.
"Kita khawatir sama lo, Gi. Lagian lo ke mana aja sampai nggak balik kos?" tanya Wira.
Gian mengatupkan bibirnya rapat dan menatap Wira dengan ragu. Tapi, Adhisti benar. Gian tidak mungkin menutupi masalah ini terlalu lama lagi dan mungkin ini adalah saat yang tepat bagi mereka untuk saling terbuka satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soundtrack : Somehow
General Fiction[Completed] Bagi Gian, tidak ada yang lebih spesial daripada Musik dan mungkin sedikit Adhisti.