"Sepi juga nggak ada Reza,"
Adhisti tertawa geli begitu mendengar komentar yang baru saja keluar dari mulut Miranda. Siang ini, mereka berjanji untuk berkumpul di ricon untuk membahas event yang akan diadakan sebentar lagi.
Sebenarnya, mereka sudah rapat tadi pagi saat jam kosong. Namun karena kesering bertemu untuk rapat, mereka menjadi lebih dekat satu sama lain dan ricon seolah menjadi tempat untuk mereka menghabiskan waktu bersama.
"Ih, apaan sih. Ketawa lo nyebelin, Dhis." keluh Miranda dengan wajah masam.
"Ya habisnya. Kalau deket berantem mulu kalau jauh kecarian. Naksir beneran baru tahu rasa lo!"
"Nggak ah. Reza tuh tingkah lakunya kayak sepupu gue yang masih SMP. Makanya gue demen berantem mulu sama dia." balas Miranda. "Eh, kata Jo, Gian tuh tadi pagi udah masuk tapi kok tadi nggak dateng rapat sih?"
"Kan tadi udah Jo bilang kalau dia mau ngumpul bentar sama Antares. Kayaknya juga bahas soal event ini."
"Lo nggak marah kalau dia bolos-bolos rapat gitu?"
"Dia nggak keluar dari kepanitiaan aja gue udah sukur Alhamdulillah, Anda."
Miranda mengangguk-angguk paham lalu menghela napasnya dan memperhatikan Adhisti dengan seksama. Perempuan itu sejak tadi sibuk berkutat dengan laptopnya untuk menyelesaikan laporan praktikum.
Miranda menghela napasnya lagi dalam bosan. Matanya bermain-main menelusuri ricon yang sedang sepi—seolah tempat itu hanya dikhususkan untuk mereka saja.
Mata Miranda tertuju pada ponsel milik Adhisti yang bergetar—namun tak kunjung disadari oleh pemiliknya. Miranda menatap benda itu dengan malas lalu melirik Adhisti yang tidak begitu peduli.
Manik matanya langsung membulat saat ia menyadari siapa yang menelepon Adhisti—dengan nama yang begitu mencurigakan. Dengan gesit, Miranda mengambil benda itu dan menatap layarnya lekat-lekat.
"Gianjarku??!" seru Miranda.
Mendengar nama Gianjar yang disebut, Adhisti langsung merampas ponselnya dan terkejut melihat nama Gian yang tiba-tiba saja berubah di ponselnya.
"Bangke!" seru Adhisti lalu mengangkat telepon itu dengan kesal, "Heh, Gianjar! Seenaknya aja lo ganti-ganti nama lo di sini?!"
"Loh? Baru sadar?"
Adhisti menahan emosi—mungkin lebih tepatnya malu kepada Miranda yang sekarang sedang menatapnya penuh kecurigaan.
"Iiiih! Apa maksudnya lo ganti-ganti! Nggak ada kerjaan!"
"Kok marah-marah sih?"
"Buruan! Ada apa?!"
"Hahahaha!"
Mendengar tawaan Gian di seberang sana, raut wajah Adhisti yang merengut pun kian pudar.
"Galak banget lo, Adhis. Lagi di mana? Gue cari-cari di kampus kok nggak ada?"
"Lihat grup makanya,"
"Males. Udah buruan, lagi di mana? Gue samperin."
"Emang kenapa?"
"Jawab aja buruan. Bawel amat tanya-tanya."
"Lagi di ricon sama Anda. Nunggu yang lain juga."
"Tadi ke sana sama siapa? Lo nebeng?"
Adhisti mengangguk tanpa sadar, "Sama Anda," jawabnya sambil melirik Miranda yang masih memandanginya dengan penuh arti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soundtrack : Somehow
Ficción General[Completed] Bagi Gian, tidak ada yang lebih spesial daripada Musik dan mungkin sedikit Adhisti.