17 - Sick

1.5K 257 55
                                    

Oh, ternyata gini rasanya sibuk jadi panitia.

Gian diam-diam membatin saat mengambil waktu untuk istirahat sejenak. Lelaki itu menatap teman-temannya yang sibuk ke sana kemari mengerjakan apa yang harus mereka lakukan.

Sebenarya, tugas Gian sendiri tidak begitu sulit. Tapi entah kenapa, ia sudah mulai lelah dan kerap menghela napasnya seolah sedang keberatan melakukan itu. Bagaimana tidak? Adhisti memerintahkannya untuk mendokumentasikan panitia-panitia—yang terpencar dan berbasa-basi terlebih dahulu sebelum mengambil gambar mereka.

Bagi Gian, tugas itu tentu sangat berat karena menyapa orang-orang yang tidak dikenalnya sedikit membuatnya tidak nyaman. Selain Antares, hanya Adhisti dan kelima orang lainnya yang membuatnya nyaman untuk berbicara.

"Gi,"

Atensi Gian pun beralih kepada Joshua yang baru saja menyapanya dari arah belakang. Lelaki itu terlihat menghampirinya sembari memandangi kamera yang mengalung pada lehernya.

Joshua mendongakkan wajahnya ketika ia telah sampai di dekat Gian dan tersenyum lebar, "Kita bisa istirahat. Udah semua kok ini."

Air muka Gian pun melunak dan bernapas lega, "Beneran?"

Joshua menganggukkan kepalanya, "Iya. Udah gue itung kok. Ngopi dulu?"

"Ayo. Gue capek sama haus banget sih,"

"Tuh, ke stand kopi aja, Gi." ujar Joshua sembari menunjuk ke arah stand kopi yang tak jauh dari mereka.

Gian menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju stand kopi tersebut bersama Joshua.

"Kira-kira Reza sama yang lainnya udah kelar belum ya?" sahut Joshua kembali membuka konversasi.

"Mungkin," balas Gian. "Jo, thanks ya."

"Hmm? Buat?"

"Udah gantiin gue ngomong buat nyapa tuh panitia lainnya," Gian terkekeh pelan. "Lagian Adhis tuh, iseng banget."

Joshua tersenyum, "Karena Adhis tau lo nggak bakalan ngomong, makanya dipasangin sama gue, Gi."

Gian mengangguk-angguk paham lalu setelah tiba di stand kopi tersebut, keduanya memesan menu yang sama dan duduk di spot yang tersisa.

"Guyssss!"

Baik Joshua maupun Gian tentu tidak perlu mencari tahu lagi siapa pemilik suara nyaring yang tentunya sapaan itu ditujukan kepada mereka. Gian dan Joshua sama-sama menoleh ke asal suara, dan mendapati Miranda, Mika, dan Dimas sedang berjalan bersama ke arah mereka.

"Si Reza ke mana?" tanya Gian saat ketiga orang itu menghampiri mereka.

"Bantuin Adhis," jawab Miranda. "Ih, gue mau kopi juga ah!"

"Pesenin gue sekalian, Nda." Dimas menimpali.

"Oke. Mika, lo mau teh aja kan?"

Mika mengangguk, "Es teh ya,"

"Sip," sahut Miranda lalu berjalan ke arah counter untuk memesan minuman mereka.

"Panas banget nggak sih malem ini? Gue rasanya pengen ke kost terus mandi dan tidur." celetuk Dimas sembari mengibaskan kaosnya sendiri.

"Lo kepanasan tapi minumnya kopi?" komentar Mika.

"Terus gue minum apaan? Es teh kayak lo?" balas Dimas.

"Iyalah. Seger."

"Lo dan kecintaan lo kepada es teh," tutur Dimas lagi.

"Tapi inget istirahatnya jangan lama-lama. Nggak mau diomelin Adhis kan lo pada?" sahut Joshua.

Soundtrack : SomehowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang