Gian menatap mangkok kosong—yang semenit lalu masih berisikan indomie yang baru ia seduh di dapur. Gian hanya meninggalkan mangkok itu selama semenit untuk ke kamar mandi. Gian menghembuskan napasnya dan seketika menoleh ke arah kamar Brian yang tertutup. Siapa lagi kalau bukan dia?
"Bang Brian!" Gian mengetuk pintu kayu itu sebanyak dua kali, dan wajah tanpa bersalah Brian muncul setelah pintu dibuka.
"Iya, kenapa, adik abang?"
"Kenapa kenapa," Gian mendengus, "Siapa suruh lo makan sarapan gue??"
Brian mengerjap beberapa kali lalu menyengir lebar, "OOOOH, Itu punya elo, Gi? Gue pikir emang disediain buat gue,"
"Mana ada? Buat sendirilah!"
Brian kemudian tergelak hebat dan Gian semakin kesal dibuatnya. Sebenarnya sejak tinggal di sini, Gian sudah sangat terbiasa melihat makanan yang ditinggalkan selalu hilang begitu saja. Makanya, setiap ia punya makanan yang tak ingin dibagi, Gian akan menempelkan sticky note pada makanan itu.
"Ya udah tinggal dibuat lagi sana,"
"Enggak," sahut Gian, bermaksud untuk kembali ke kamarnya. Hilang sudah selera makannya.
"Lah? Adik abang pundung?"
Gian mendengus lagi lalu benar-benar masuk ke kamarnya untuk bersiap-siap kuliah.
"Dasar goblok," Ayi datang dan memukul pelan kepala Brian dari belakang. "Kebiasaan deh lo,"
"Laper banget gue jadi khilaf sedikit," balas Brian.
"Sedikit apaan njir," kata Ayi lagi sambil berjalan ke arah dapur dan Brian mengikutinya dari belakang.
Ayi mengambil dua bungkus indomie dari dalam lemari dan meletakkannya di atas meja.
"Eh, lo mau bikinin buat Gian juga?"
"Iyalah. Kasihan anaknya mau sarapan malah lo abisin sampai kuah aja enggak tersisa."
Brian cengengesan dan mengambil satu bungkus indomie lagi lalu meletakkannya di atas meja, berdekatan dengan dua bungkus indomie yang Ayi letakkan terlebih dahulu.
Ayi menaikkan sebelah alis matanya dan menatap Brian penuh selidik, "Ngapain lo?"
"Sekalian,"
"Emang gila lo,"
Brian tertawa lalu kembali ke dalam kamarnya. Ayi menggeleng pelan dengan ujung bibir yang sedikit terangkat lalu mulai memasak sarapan untuknya dan Gian, termasuk untuk Brian.
Tak lama, Gian melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar dengan pakaian yang sudah rapi dan tas yang tersandang di punggungnya. Awalnya, Gian ingin langsung berangkat ke kampus, tapi begitu mendengar suara-suara sibuk dari arah dapur, Gian mengurungkan niatnya dan menghampiri Ayi.
"Bang Ayi ngapain?"
"Eh, Gi," Ayi menoleh ke arah Gian sekilas, sebelum kembali menumis bawang-bawang yang sudah ia potong. "Lo buru-buru?"
Gian melirik jam tangannya lalu menggeleng, "Enggak sih. Gue masuk jam sepuluh kok,"
"Ya udah. Duduk dulu sini." kata Ayi menunjuk kursi yang ada di sana, "Gue bikinin sarapan sekalian. Buat Brian juga."
"Bang Brian sarapan lagi? Enggak cukup mie gue ditilap?"
Ayi tertawa kencang, "Udah, jangan pundung."
"Enggak pundung."
Setelah itu, tak ada lagi konversasi di antara mereka hingga sarapan selesai Ayi hidangkan di piring masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soundtrack : Somehow
Genel Kurgu[Completed] Bagi Gian, tidak ada yang lebih spesial daripada Musik dan mungkin sedikit Adhisti.