Gian perlahan membuka mata dan menatap langit-langit kamarnya. Lelaki itu mengerjap beberapa kali hingga akhirnya ia sadar bahwa deep talks yang ia lakukan dengan Antares tadi malam itu nyata.
Gian masih setia menatap langit-langit kamarnya dalam diam hingga akhirnya hal itu harus ia hentikan saat tiba-tiba sebuah tangan menampar pelan wajahnya dan membuat Gian memejamkan mata.
Gian menolehkan kepalanya, memandangi Brian yang menjadi pelaku utama menampar wajahnya. Brian terlihat masih lelap tidur dan bergumam sesuatu yang Gian tidak mengerti. Mata Gian sontak membesar saat tiba-tiba lelaki itu malah memeluk Gian erat. Gian dengan segera mendorong wajahnya menjauh dan bangkit berdiri, lalu tertegun saat tidak melihat Leo dan Ayi di tempatnya.
Gian mengernyitkan dahinya sembari menatap Brian yang tidur dengan kaki yang hampir menyentuh pinggang Wira. Gian menggeleng pelan, lihat betapa bedanya mereka berdua saat tertidur.
"Jadi, Makasih juga, Yo."
Gian menolehkan kepalanya ke arah balkon kamarnya. Ia menemukan Ayi dan Leo di luar sana. Sekali lihat, Gian tahu bahwa kedua orang itu sudah benar-benar berbaikan kepada satu sama lain atau bahkan diri sendiri.
Gian berjalan mendekati balkon dan mendengarkan kata demi kata yang keluar dari Ayi dan juga Leo. Sesekali, Gian tersenyum kecil. Tadi malam saat konversasi panjang berlangsung, Ayi dan Leo tidak benar-benar bisa berbicara secara langsung.
"From the glory of God, I learn so much today. Thank you again, Yi—I mean, thanks. Let's grow up together to be a better man."
Senyum Gian kian melebar saat ia mendengar ucapan tulus dari Leo. Tidak hanya Leo saja, tapi Gian pun merasakan hal yang sama. Ia juga belajar banyak hal dari masalah-masalah yang ia hadapi. Dan karena masalah itu, Gian pun belajar untuk lebih terbuka kepada orang lain, agar ia tidak perlu memendam segalanya sendirian.
"WHAT THE HECK ARE YOU DOING, DUDE?!"
Gian kembali memusatkan atensinya kepada Ayi dan Leo—yang baru saja menarik diri dari acara berpelukan mereka. Gian tertawa pelan lalu memutuskan untuk menghampiri kedua orang itu.
"Bang, gue tahu kalian pusing karena berantem sama cewek masing-masing. Tapi, kan, nggak perlu sampai kayak gini."
"DIEM LO GIANJAR?!"
Gian kali ini tergelak lebih keras saat melihat ekspresi panik dari Leo dan juga Ayi yang berpura-pura meminta tolong kepadanya. Tidak hanya itu, Wira dan Brian—yang sepertinya terbangun karena suara keras tadi itu pun ikut menghampiri.
"Nggak nyangka, kalian bisa peluk-pelukan." sahut Wira menatap Ayi dan Leo dengan ekspresi anehnya.
Brian langsung tertawa hebat dan tiba-tiba merentangkan kedua tangannya lebar ke arah Ayi dan Gian—yang langsung ditolak mentah-mentah tentunya.
-ooo-
"Tante, maaf ya kita harus balik ke kost," ujar Brian kepada Mayang.
Mayang tidak bisa untuk tidak memasang tampang sedih dan sedikit kecewa karena rumah yang tiba-tiba ramai itu mendadak sepi kembali. Mayang merasa senang dengan kehadiran Antares di rumahnya walau hanya dalam semalam. Karena selain dapat mengenal teman-teman dari anaknya, Mayang merasa rumah menjadi lebih hidup.
"Tapi kalian inget, sering-sering ke sini ya," kata Mayang.
"Kalau pun kita dateng tanpa diundang, boleh nggak, Tan?" tanya Ayi.
"Ya boleh? Anggap aja kayak rumah sendiri," balas Mayang lagi.
"Jangan ngomong gitu, Ma. Bisa-bisa bahan masak untuk di rumah abis karena Bi Yati harus masak terus," sahut Gian yang sejak tadi diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soundtrack : Somehow
Fiction générale[Completed] Bagi Gian, tidak ada yang lebih spesial daripada Musik dan mungkin sedikit Adhisti.