Gian menguap lebar dan sesekali menggaruk hidungnya. Hari ini hari Jumat dan kelasnya hari ini berakhir lebih awal dikarenakan sang dosen sedang ada keperluan sehingga lagi-lagi ia dan teman sekelasnya hanya ditinggalkan tugas.
Gian merasa malas untuk pulang ke kostan. Karena jika sudah masuk ke kamarnya, Gian lebih memilih untuk menghabiskan waktu di atas kasur—alias tidur sebelum jam latihan Antares dan menganggurkan tugas-tugasnya.
Karena itu, setelah selesai sholat jumat pun, Gian memilih untuk mengangsurkan menyelesaikan tugasnya di perpustakaan.
Atensinya terpaku pada sebotol minuman dingin yang tiba-tiba terletak di depannya. Gian mengangkat wajahnya dan menemukan Adhisti di sana. Tak lama, gadis itu segera duduk di depan Gian.
Gian menatap lekat perempuan yang sudah seminggu menjadi pacarnya itu. Gian masih merasa aneh dan lucu sebenarnya, karena ini pertama kalinya Gian benar-benar menyukai seseorang dan berpikiran untuk menjalin hubungan yang lebih.
"Tugasnya udah selesai?"
Gian mengalihkan atensinya dari Adhisti dan menoleh untuk menatap lembaran kertas-kertas tugasnya.
"Sedikit lagi. Kamu bukannya habis ini ada kelas?"
Adhisti menggeleng pelan, "Dosennya nggak masuk. Kenapa kamu sendirian? Jo mana?"
"Jo bilang ada acara di Gereja."
Adhisti mengangguk-angguk paham lalu mengeluarkan laptopnya dan sibuk melakukan—apa pun itu yang Gian yakini, gadis itu bukan hanya sekedar bermain laptop.
"Besok aku mau ada gigs. Kamu dateng nggak?"
Adhisti menoleh ke arah Gian dan tampak berpikir sejenak untuk mengingat jadwalnya besok. "Besok itu ada lab sih. Tapi kalau sempet aku nonton. Boleh ajak Anda nggak?"
"Boleh. Ajak yang lain juga boleh. Daripada sendirian gitu."
Adhisti tersenyum lebar lalu kembali fokus kepada laptopnya. Sosok Adhisti yang tengah serius itu membuat Gian lebih tertarik untuk menatapnya daripada kembali mengerjakan tugasnya. Gian menatapnya lama, hingga akhirnya Adhisti menyadari pandangannya itu.
"Apaan sih?" sahut Adhisti.
Gian menipiskan senyumnya, "Cantik."
Adhisti berdecak kesal lalu memajukan wajahnya dan menatap Gian sebal. "Gianjar, jangan suka ngomong kayak gitu!" ucapnya berbisik.
"Loh, kenapa?"
"Nggak suka!"
Gian terkekeh pelan lalu tiba-tiba memasukkan lembaran kertasnya ke dalam tas dan membuat Adhisti bingung.
"Loh, mau kemana? Aku kan baru nyampe."
"Makan yuk. Ke kantin apa kemana gitu. Sampai aku latihan nanti."
Adhisti mendengus dan merungutkan wajahnya. "Aku baru nyampe udah diajak pergi."
"Mau atau enggak?" tanya Gian.
"Mau." balas Adhisti lalu menutup laptopnya dan menyambut uluran tangan Gian yang sudah berdiri.
-ooo-
Gian sesekali menatap Brian dan Wira secara bergantian—sedangkan Leo, berada di luar sana dengan tampang yang gusar. Gian tidak tahu apa yang terjadi dengan anggota Antares. Sejak penampilan mereka di acara ulang tahun TI seminggu lalu, Gian merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Melihat Leo yang tak banyak bicara dan bahkan Ayi—yang hingga saat ini belum tiba di studio, Gian tahu akan satu hal.
Bahwa ternyata, mereka—Antares, tak pernah benar-benar terbuka satu sama lain. Semua memiliki cerita yang tidak bisa disampaikan. Gian pun sama. Ia bahkan belum memberi tahu yang lainnya tentang perceraian kedua orang tuanya. Hanya Ayi yang tahu tentang hal itu. Belum lagi tentang hubungan barunya dengan Adhisti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soundtrack : Somehow
Ficção Geral[Completed] Bagi Gian, tidak ada yang lebih spesial daripada Musik dan mungkin sedikit Adhisti.