22 - Words and Secrets

1.2K 223 35
                                    

"Apa sih yang ada di otak lo dengan seenaknya mutusin sound check sendirian?"

Here we go again, Gian membatin, tapi menyetujui ucapan Brian kepada Leo. Saat sampai di tempat acara dan melihat Leo ada di atas panggung bersama soundman untuk melakukan sound check, Gian tahu itu bukanlah ide yang baik.

"Lo tuh sebenernya niat nggak sih untuk hari ini? Siapa yang kemarin teriak-teriak soal professional? Professional, my ass." ujar Brian lagi.

Leo tidak terlihat begitu peduli ia bahkan melenggang begitu saja saat panitia memberi arahan agar Antares segera bersiap dan menyisakan pandangan tak percaya dari Brian. Kalau saja Brian tidak bisa mengontrol emosinya saat itu juga, Mungkin penampilan Antares akan batal dan mereka berakhir memberikan tontonan lain di sana.

Wira tak habis pikir dan berdecak kesal. Ia sungguh frustasi menghadapi sifat Leo yang kelewat egois sejak kemarin.

"Gue nggak nyangka, Leo nekat begitu." ucap Wira seraya membetulkan letak in-ear miliknya.

"Since he is the real bastard, what do you expect?" Brian menyahut kesal.

Gian menghela napas dan mengalihkan atensinya pada Ayi yang sejak tadi enggan untuk berkomentar. Ayi hanya diam sambil memperhatikan ponselnya lama. Kemarin pun, saat berpas-pasan di kostan, Ayi tidak banyak bicara padanya.

"Bang," sahut Gian, membuat Brian dan Wira melempar pandang padanya. "For the first time, I agree with you."

Brian tersenyum miring, "Jangan ngajak ribut ya, Gianjar."

Gian terkekeh pelan tapi diam-diam bernapas lega karena komentarnya itu membuat Brian dan Wira sedikit tertawa.

-ooo-

"Selfish jerk,"

Gian tahu cepat atau lambat hal ini akan terjadi. Tidak pernah terbesit sedikit pun di pikirannya kalau mereka akan bertengkar—menggunakan fisik seperti ini. Tapi setelah melihat perseteruan kemarin, Gian berubah pikiran. Ia sudah menduga, hal itu—setidaknya akan terjadi hari ini.

Leo dan Ayi bahkan tidak peduli lagi bahwa ini adalah tempat umum. Siapa pun bisa menyaksikan Antares bertengkar seperti ini. Hari ini pun, mereka benar-benar melakukan kesalahan yang sangat fatal. Berbeda dengan minggu sebelumnya saat kesalahan Brian, penonton tidak begitu menyadari kesalahan itu.

"Le, udah! Jangan gila lo!" teriak Wira yang berusaha menahan tubuh Leo agar tidak kembali melayangkan pukulan kepada Ayi.

"Sita nggak pernah minta apa-apa, Yi. Semua yang dekat sama Sita tahu kalau dia cuma mau lo sadar... sadar kalau itu berharga dengan apa pun yang lo punya saat ini." ucap Leo lirih.

Ayi sudah bersiap untuk membalas perkataannya itu, namun niat itu terurung bahkan belum sempat ia bersuara saat di ambang pintu terdengar seseorang mendistraksi.

"Sorry, kalau gue ganggu, tapi gue disuruh bilang, Kak Leo udah ditungguin Kak Vanda." ujar perempuan itu takut.

Berkat kehadiran panitia itu, perseteruan pun terhenti. Ayi menatap sinis ke arah Leo sebelum ia bergerak untuk meninggalkan ruangan dan Gian ikut berjalan keluar mengikutinya.

"Bang," panggil Gian. Namun yang dipanggil tak kunjung memelankan langkahnya.

"Bang Ayi!" teriak Gian lagi dengan keras. Teriakan itu berhasil membuat Ayi menghentikan langkahnya dan bergeming di tempatnya.

Melihat itu, Gian segera menyusulnya dan berdiri di hadapan Ayi. "Bang, lo okay kan sama Kak Sita?"

Ayi hanya diam dan menatap Gian nanar.

Soundtrack : SomehowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang