Bertanyalah

205 12 0
                                    

Sehun mencari kepastian dalam diam mu. Kau mengangguk pelan. Tatapan mata Sehun tak bisa kau artikan.

"Suga tau?" Kau mengangguk.

"Apakah kalian tidak akan menikah? Maksudku setelah semua yang terjadi dan kalian alami. Setidaknya, pikirku, bayi itu akan jadi pemberi semangat pada kalian." Yang dikatakan Sehun benar. Seharusnya bayi kalian menjadi penyemangat bukan penghalang.

"Aku bisa membesarkannya sendiri." Sehun mengangkat bahunya.

*ruangan kerja Sehun*
"Yoona, apa kau dan Suga kembali bersama?"

"Tidak! Bagaimana mungkin dia bisa berpaling dari wanita itu?" Yoona berteriak diseberang sana.

"Kau jujur padaku kan?"

"Oppa, aku sudah berusaha sangat keras, tapi tetap gagal. Aku menyerah tapi kami berteman. Tidak akan lebih dari itu." Sehun mendengar pengakuan adiknya dan percaya.

*sambungan lain*
"Hallo, Hyung, apakah kau punya waktu sebentar?" Sehun menelpon Suga.

"Ada apa?"

"Apakah kau tau bahwa Viola pamitan pada kami hari ini? Dia akan ke Indonesia." Suga terdiam.

"Hyung, apa kau masih disana? Ahh.. Tunggu sebentar." Sehun mendekati mesin fax dan membaca lembaran yang keluar dari mesin itu.

"Hyung, ini fax dari rumah sakit, sepertinya ini surat keterangan yang dibutuhkan ibu hamil untuk bisa naik pesawat." Sehun menjelaskan.

"Tolong pastikan bukan hari ini dia akan pergi." Sehun mengiyakan.

*dikamar mu, beberapa hari kemudian*
Kau sedang duduk di balkon dengan secangkir teh di atas mejamu. Kilasan semua hal yang kau lakukan bersama Suga begitu memenuhi pikiranmu. Kenangan kalian banyak dan terlalu indah untuk dilupakan.

*Suga menelpon mu*
"Ya oppa."

"Apa kau sudah gila! Kau akan meninggalkan ku sendiri dan membawa anakku bersamamu?! " Kau mengerutkan dahi mu mendengar Suga berteriak diseberang.

"Tetap di tempatmu, aku dijalan menuju kesana." Kau mendengus kesal.

"Aku belom akan pergi sekarang juga." Suga sangat marah ketika kau malah menantangnya.

*berapa jam kemudian*
Ketukan pintu membangunkan mu. Kau tertidur masih dengan pakaian kerjamu.

*Suga datang*
"Kau mau pergi dariku?" Suga berkacak pinggang marah. Kau duduk di tepi ranjang mengikat rambut ikal coklat panjang mu dengan tali rambut.

"Kau semarah itu padaku? Aku appanya. Aku yang membuat dia ada didalam sana, dan kau tak merundingkan apapun denganku lebih dulu?" Suga duduk disampingmu menatapmu tak bersahabat.

"Aku harus ke Indonesia. Toh cepat atau lambat kita juga akan tetap harus berpisah." Kau beranjak, tapi tangan Suga lebih cepat meraih mu.

"Tak akan ku biarkan perjuangan kita sia-sia. Kita sudah banyak berkorban. Jika kau memang mau pergi aku akan beri ijin. Asal kita pergi bersama." Suga mendekap mu dalam peluknya. Kau menyerah menerima pelukannya. Kau lelah dengan keadaan. Kata-kata nya benar.

"Kenapa aku begini oppa?" Kau terisak melunak.

"Entahlah, oppa pun merasa kau berubah aneh. Kau sering ketus dan dingin selama hamil ini." Tatapan kalian beradu.

"Apa mungkin karena aku hamil jadi aku sering emosi?" Kau menatapnya malu. Suga mencium keningmu.
"Ayo kita kembali ke Seoul. Urusanmu sudah selesai kan disini? Oppa ingin lihat bayi kita. Kapan jadwal kita ke dokter?"

"Sudah berapa hari lalu. Saat aku lihat oppa mengantarkan Yoona ke rumah sakit juga."
"Karena itu kau jadi uring-uringan tak jelas begini? Tak bisakah kau bertanya?"

"Aku tak mau bertanya, aku ingin oppa yang cerita." Suga menggeleng sambil memelukmu lagi.
"Aku bukan peramal yang tau apa maumu jika kau diam baby. Bantu aku untuk mengertimu." Kau menghela nafas  kesal.

"Yoona minta tolong untuk mengantarnya ke dokter karena asam lambung nya kambuh. Sedangkan Sehun masih di Sokcho. Itu saja tak lebih."

"Entahlah, setelah semua yang dia lakukan rasanya aku tak akan bisa percaya begitu saja." Kau melepas dekapan Suga.

"Aku baca artikel, emosi ibu hamil berpengaruh pada bayi yang dikandung. Apakah jika ibu nya sering marah, cemburuan, lari dari rumah, anaknya juga akan begitu jika besar nanti ya?" Kau mendekat kearah Suga kemudian mencubit lengannya.

"Aaduuhhhh!!! Sakit baby. Sakit sekali cubitan mu. Lengan ku jadi merah.!" Suga meringis.

"Kau sembarangan oppa, kau juga yang membuatku begini."

"Aku tau.. Maaf kan aku baby." Suga memelukmu erat.

"Oppa aku tak bisa bernafas."

"Aku akan pindah ke dada mu saja kalau begitu." Kau meremas lengannya ketika tangannya menyentuh pahamu. Matanya menatapmu lembut.

Min Suga! Saranghe!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang