Impian Mu

235 11 0
                                    

Kau pulang dengan setengah dipaksa oleh Suga.
"Oke kalau kau tak mau pulang, oppa akan bolak-balik Sokcho - Seoul." Kau menatapnya sendu. Kau beranjak ke penyimpanan bajumu. Mengemasi barang mu ke dalam koper.

Suga tersenyum puas. Dia tau bahwa kau tak kan tega melihatnya kelelahan. Suga menyuruhmu untuk duduk kemudian dia meneruskan mengemasi barang mu.

"Kau sudah pamitan kan? Jadi tinggallah di rumahnya, jadi lah ibu rumah tangga yang mengurusi suami dan anak sampai kau melahirkan dan anak kita besar, baru oppa akan mengijinkan mu kembali bekerja." Kau memutar matamu kesal.
"Aku akan sangat bosan." Ucapan lirih mu terdengar rungu Suga.
"Aku mendengarnya, dan itu untuk kebaikan mu dan bayi kita." Kau kembali mendengus kesal.

Kau tak bisa berbuat apa-apa, Suga ingin yang terbaik untuk kalian. Tapi berdiam tanpa melakukan apapun adalah hal paling mustahil yang bisa kau bayangkan.

*rumah kalian*
"Oppa tak bisa menemanimu hari ini, oppa harus ke agensi." Suga meninggalkan mu begitu selesai memasukkan Koper-kopermu ke dalam rumah.

Kau hanya melongo melihatnya pergi begitu saja setelah mencium perutmu. Apa yang membuat ya buru-buru begitu?

*dorm*
"Aku akan mengatakan pada agensi soal kehamilan Viola." Semua member menatapnya terdiam.
"Kau sudah memikirkan semua resikonya?" Seokjin memecah keheningan. Suga mengangguk.
"Apa yang bisa kami buat jika itu keputusanmu, Hyung. Kami hanya bisa mendukung." RM menimpali. Suga tersenyum.
"Hyung berapa bulan kandungan Viola?" Jimin bertanya.
"4 bulan."
"Apa kau akan tetap menikah jika agensi tak menyetujui kalian?" Pertanyaan JHope membuat Suga menatapnya tajam.
"Aku pria yang bertanggung jawab. Apapun resikonya aku akan tanggung." Jawaban Suga membuat semua mengangguk pasrah dengan hal terburuk yang bisa terjadi.

*di rumah*
Suga pulang dengan membawa beberapa brosur ditangannya. Menyerahkan pada mu yang baru saja selesai memasak makan malam.
"Apa ini?" Kau mengambil brosur itu.
"Kita akan menikah dalam 1 bulan ini."
"Apa?"
"Kau tak mau? Padahal aku sangat bersemangat!"

"Aaahhh.. Jadi ini mau mu oppa?"
"Lelaki dan wanita yang saling mencintai harus menikah dan bayi ini adalah bonus dari TUHAN untuk kita berdua. " Suga mengambil brosur dari tanganmu.
"Kau mau seperti apa pernikahan kita?"
"Apa oppa tau bahwa setiap gadis punya pernikahan impian? Aku juga!" Suga mendengarkan mu sambil makan.

"Kau ingin pernikahan seperti princess yang pangeran datang dengan kuda putih, menikah di kerjaan, rakyat datang ya kan?" Kau melongo mendengar tebakan Suga.
"Pernikahan impian siapa yang kau bicarakan itu Min Yoongi?" Suga terbatuk karena tersedak.
"Bukan? Tebakan ku salah ya?" Suga kaget jawabnya membuat marah.
"Aku ingin pernikahan ku sekali seumur hidup. Aku ingin pernikahanku private. Hanya orang yang berhak yang bisa hadir." Kau meletakkan alat makan mu.
"Oppa, tau?! Alangkah indahnya jika sebuah gereja di atas tebing, didekorasi dengan bunga-bunga. Resepsi hanya makan malam keluarga, dengan pemandangan langit malam penuh bintang. Lampu-lampu. Yang indah, semua tertawa bahagia, keluarga berkumpul. "

Kau menjelaskan dengan begitu berbinar membuat Suga ikut berhenti makan.
"Impianmu sesederhana itu? Apa lagi yang kau mau?"
"Aku akan tidur di malam pertama." Suga meremas tangannya sendiri sambil menggeleng kepala kesal.
"Akan oppa kabulkan semua mimpimu, tapi tidak yang terakhir."
"Apa oppa tak melihat jika perutku akan sebesar ini ketika kita sah menjadi suami istri? Akan lelah setelah melakukan aktifitas seharian oppa." Kau berkeras sambil memperagakan besarnya perutmu.
"Kau kan bisa hanya diam dan oppa yang bekerja." Suga tak mau kalah.
"Tak bisakah di malam kedua?" Pintamu memohon.
"Baby apa kau tau apa artinya malam pertama? Artinya malam setelah pernikahan. Kalo malam kedua bukan lagi malam pertama namanya." Kau tertawa geli mendengarnya mendebat.
"Apakah benar itu akan jadi malam pertama kita?" Kau berdiri sambil mengelus perut buncit mu. Suga mengusap wajahnya tak percaya dengan kelakuanmu.

"Terserah lah. " Suga mengalah karena yakin kau akan dengan keras mempertahankan kemauan mu.
"Lihat saja apa yang bisa kulakukan nanti." Gumamnya.
"Aku masih dihadapan mu oppa. " Suga meraih tanganmu kemudian mengelus nya.
"Tak bisakah kau mengalah dengan suamimu sendiri?"
"Tak bisakah oppa jadi suami yang baik dan mengabulkan permintaan sekecil itu?" Kau balik bertanya.
"Wanita ini benar-benar.... " Suga tertawa geli.

Min Suga! Saranghe!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang