"Mudah tertawa, mudah terluka."
❤❤❤
Ps : di rl dia gak albino setauku, tapi aku tetep pakai visual dia karena cocok.
💫💫💫
"Horcrux adalah suatu wadah di mana seorang penyihir hitam menyembunyikan bagian dari jiwanya untuk mencapai tujuan keabadian. Dengan sebagian jiwa yang disimpan, seorang penyihir memiliki hidup yang sangat panjang selama horcrux itu tetap utuh, biasanya disimpan di tempat yang aman. Jika tubuh si penyihir hancur, bagian dari jiwa itu tetap terpelihara di dalam horcrux tersebut. Namun, hancurnya tubuh si pembuat horcrux akan menyebabkan penyihir itu dalam kondisi 'setengah-hidup' karena mereka kehilangan bentuk jasmani. Sihir hitam yang diperlukan untuk menciptakan sebuah horcrux dianggap sebagai sihir keji yang sangat tercela sehingga jarang sekali dipublikasikan, bahkan di buku-buku ilmu hitam." Cara menyelesaikan penjelasannya tentang horcrux dan memandang beberapa orang di depannya yang tampak cengo.
Vero menggaruk tengkuknya bingung. Lauren memandang surat dari Mahalaram dengan alis keriting. Kalila dan Juli sedang larut dalam pikirannya.
"Gue gak paham sama sekali."
"Sama." ucapan Lauren disetujui yang lain.
"Oh, perlu aku jelasin lagi ya?"
"Horcrux adalah-"
"Stop!" mereka berempat menghentikan ucapan Cara.
"Gue paham soal itu, tapi gue gak paham kenapa si Balaram masukin kata horcrux ke dalam surat Lauren." Kalila membaca kembali penjelasan tentang horcrux dalam Wikipedia.
"Kalian gak tahu siapa si Mahalaram ini?" pertanyaan Cara dijawab gelengan oleh mereka berempat.
"Jangan-jangan si Balaram pakai sihir hitam, so dark and creepy."
"Kalila, horcrux cuma benda sihir fiksi dalam seri Harry Potter karya J. K. Rowling." Juli yang sedari tadi diam angkat suara.
"Bisa jadi memang horcrux, tapi bukan horcrux dalam artian asli."
"Horcrux?" mereka berlima menoleh kearah seseorang. Orang itu duduk di samping Vero.
"Ngapain lo kesini?" sewot Kalila.
"Emang tempat ini punya nenek lo terus gue gak boleh kesini?" Samuel ikut-ikutan sewot.
"Lo ganggu orang lagi serius tau gak, pergi sana!"
"Gak mau, lo aja yang pergi."
"Lo yang pergi."
"Lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Who I Meet At Sixteen✔
Teen Fiction"Kita bertemu jodoh kita di usia enam belas tahun, tapi kita tidak sadar bahwa kita telah bertemu dengannya." Sepenggal kalimat itu sangat mempengaruhi hidup seorang gadis. Untuk membuktikannya, ia mencatat semua nama laki-laki yang ditemuinya saat...