"Kita bertemu jodoh kita di usia enam belas tahun, tapi kita tidak sadar bahwa kita telah bertemu dengannya."
Sepenggal kalimat itu sangat mempengaruhi hidup seorang gadis. Untuk membuktikannya, ia mencatat semua nama laki-laki yang ditemuinya saat...
"Kalila jangan berisik," suara ibunya terdengar dari ruang tengah.
"Mending lo pulang, biar gue jelasin sama Kalila." ujar Lauren pada Galang.
"Beneran gue tinggal? Terus lo pulangnya?"
"Gue bisa minta jemput nanti." Lauren tersenyum. Kalila menampilkan ekspresi jijik. Baru kali ini ia melihat senyum sopan dan elegan Lauren, biasanya hanya senyum barbar.
"Yaudah gue pulang ya." Kalila seperti ditimpa seratus seblak saat melihat Galang mengacak rambut Lauren.
"Gue pamit pulang." Kalila masih belum sadar dari keterkejutannya saat Galang keluar dari rumahnya.
"Apa-apaan itu saudari Lauren?" Kalila menatap Lauren seolah tak percaya.
"Alah lebay lo, sini gue jelasin." Lauren menarik Kalila ke kamar Kalila. Kemudian menutup pintunya.
"Suruh Juli sama Vero ke sini. Nanti gue jelasin."
Selama beberapa saat mereka menunggu datangnya Vero dan Juli. Vero sudah pulang dari rumah sakit dan seharusnya kini tengah beristirahat di rumah. Namun siapa itu Lauren jika tidak laknat meminta temannya yang baru ditusuk untuk datang.