"Kita bertemu jodoh kita di usia enam belas tahun, tapi kita tidak sadar bahwa kita telah bertemu dengannya."
Sepenggal kalimat itu sangat mempengaruhi hidup seorang gadis. Untuk membuktikannya, ia mencatat semua nama laki-laki yang ditemuinya saat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
💫💫💫
Apa yang harus dilakukan Kalila dan teman-temannya saat ini?
Haruskah dia jujur?
Atau dia berbohong saja?
Apakah para guru tidak akan marah jika tahu mereka berempat mengintip kemarin? Jika berbohong, alasan apa yang harus digunakan?
"Kenapa kalian hanya diam?" tanya Bu Ayu dengan tatapan penyihirnya.
"Dalam CCTV terlihat kalian melewati koridor pada pukul 16.03, dan dari CCTV gerbang kalian terlihat pukul 16.19. Untuk berjalan dari koridor ke gerbang tak perlu waktu selama itu. Kalian pasti melakukan sesuatu selama enam belas menit itu." sekarang Kalila tahu darimana sifat menyebalkan Aiden, itu dari ayahnya yang kini tengah menunjuk layar proyektor yang mana menunjukkan gambar mereka berempat kemarin sore. Apakah ayah Aiden harus seteliti itu?
"Mereka tak bersalah. Mereka tidak melakukan apapun. Saya bisa menjamin itu semua." empat anak tadi menoleh ke seseorang yang duduk di bangku bagian belakang.
"Devan?"
"Kenapa kamu yakin sekali nak Devan?" tanya Pak Agus.
"Perkirakan waktu kematiannya. Dari laporan terakhir kali korban terlihat, ia terlihat pada jam istirahat. Setelah itu tak ada yang melihatnya lagi. Seorang pembunuh tak akan menghabiskan waktu selama empat jam lebih untuk membunuh korbannya. Mereka tak akan membuang waktu sebelum korban lari." jelas Devan menunjukkan laporan kematian.
"St, lo ngapain di sini?" bisik Vero.
"Gue gabung tim penyelidik sekolah." mereka berempat mengangguk paham. Tentu bisa saja Devan bergabung, ia orang jenius.
"Kita masih menunggu pihak keluarga korban. Untuk tahu waktu kematiannya harus dilakukan otopsi. Dan keluarga korban harus menyetujuinya dahulu."
"Pak Agus, bukankah kemarin ada anak sekolah lain yang hendak membahas turnamen?" tanya Pak Brata.
"Ah benar, ada sepuluh anak dan dua guru." itu pasti Rega dan teman-temannya.
"Bukan bermaksud mencurigai mereka. Namun siapapun bisa jadi pelakunya."
"Baiklah, saya akan mencoba berbicara dengan mereka."
"Bagaimana dengan kalian, apa yang kalian lakukan kemarin?"
Kalila menatap Vero yang ada di sampingnya. Vero mengangguk tanda mengiyakan bahwa mereka harus jujur.
"Sebenarnya kita lihat kemarin waktu Bambang dibawa dari gudang. Maaf kalau ikut campur."