"Saat kau datang, detak pun makin kencang."
❤❤❤
💫💫💫
Jika membunuh teman diperbolehkan dalam agama dan negara, Kalila pasti sudah melakukannya saat ini. Ia mengucap sumpah serapah sepanjang jalan. Ia merutuki Vero. Saat pulang sekolah, Vero menawarinya untuk pulang bersama karena Lauren dijemput orang tuanya begitu juga dengan Juli. Kalila yang menyukai gratisan pun mengiyakan. Daripada dia mengeluarkan uang untuk menaiki ojek.
Tapi tiba-tiba di tengah perjalanan, Vero berkata bahwa dia harus bertemu Cara. Jadi dia menyuruh Kalila turun di depan sebuah toko bangunan. Vero pun langsung pergi meninggalkan Kalila yang hendak melemparnya menggunakan batu bata yang ada di depan toko bangunan.
Jadilah saat ini Kalila berjalan sendirian saat matahari sudah hampir tenggelam. Tadi dia mampir ke mini market sebentar untuk membeli air mineral.
Kalila memeluk botol air mineralnya dengan tetap berjalan. Kurang satu kilometer lagi dia mencapai rumahnya.
"APA YANG KAMU LAKUKAN? DASAR BODOH!" Kalila memekik terkejut saat tiba-tiba melihat seseorang tersungkur di pinggir jalan depan toko kue.
"BAGAIMANA BISA GOSONG? KAMU MAU GANTI RUGI?" seseorang mendorong kepala orang yang terjatuh tadi. Kalila mendekat untuk melihat dengan jelas siapa orang itu.
Ia tak mungkin salah melihat. Semakin dekat langkahnya, ia semakin yakin. Itu Salazar.
"Salazar," Kalila berhenti di depan Salazar yang masih dalam posisi terjatuh. Orang yang mendorongnya tadi melihatnya menyelidik lalu pergi masuk ke dalam toko.
Kalila membantu Salazar berdiri dan mengajaknya duduk di bangku taman yang ada di dekat sana.
"Nih minum." Kalila memberikan air mineral miliknya. Tangan Salazar bergerak membentuk sebuah kata.
"Itu apa?" tanya Kalila.
"Makasih." ucap Salazar tanpa suara. Kalila mengangguk tersenyum.
"Kenapa bisa sih Bu Dena dorong lo gitu?" Dena adalah nama ibu Salazar. Kalila mengambil buku dari tasnya dan memberikannya pada Salazar. Menyuruh Salazar menulis jawaban pada buku itu.
"Aku gak sengaja bikin gosong kue mama."
"Dan dia dorong lo sampai jatuh?!" tanya Kalila kesal. Ia tak pernah melihat seorang ibu yang begitu kejam pada anaknya kecuali dalam film yang ada di televisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who I Meet At Sixteen✔
Novela Juvenil"Kita bertemu jodoh kita di usia enam belas tahun, tapi kita tidak sadar bahwa kita telah bertemu dengannya." Sepenggal kalimat itu sangat mempengaruhi hidup seorang gadis. Untuk membuktikannya, ia mencatat semua nama laki-laki yang ditemuinya saat...