"This is not the end."
❤❤❤
AN : ini trailernya aku buat sendiri jadi maaf kalau masih kurang hehe aku gak bakat bikin ginian.
💫💫💫
Devan sebagai orang paling tenang menutup pintu perlahan dan menarik Samuel dan Kalila yang masih mematung. Meskipun ia juga sama terkejutnya setidaknya ia mampu mengendalikannya.
"Ta-tadi itu apa?" tanya Kalila pelan. Pikirannya mendadak ruwet dan badannya terasa lemas.
"Dia bisa ngomong?" Samuel mengusap wajahnya kasar.
"Gue juga kaget." sahut Devan.
"Selama ini dia bohongin gue dong?" tanya Kalila dengan tatapan kosong.
"Gue temenan sama dia dari kecil. Bahkan gue lebih dulu kenal dia daripada Lauren, Vero, sama Juli. Ini gue yang bodoh apa gimana?" Kalila terduduk di kursi tunggu. Devan menghela napas dan duduk di samping Kalila. Ia menepuk-nepuk punggung Kalila mencoba menenangkannya.
"Pasti ada alasan kenapa dia bohong." kata Devan. "Kita jangan langsung menghakimi."
"Ini terus kita mau gimana?" tanya Samuel.
"Kita masuk dulu, bersikap sewajarnya. Salazar lagi sakit, jangan nambah beban pikiran dia."
"Kok lo belain dia sih Van?" tanya Kalila.
"Gue gak belain dia. Gue cuma mencoba bersikap dewasa."
"Udah ayo masuk, gue temenin." Devan menarik tangan Kalila mengajaknya kembali ke ruangan milik Salazar.
Beberapa langkah lagi mereka sampai, mereka melihat Dena keluar dari ruangan dengan tergesa. Mereka bertiga langsung berbalik agar tidak ketahuan.
"Mukanya serem banget." celetuk Samuel.
"Ayo." Devan menarik tangan Kalila lalu membuka pintu ruangan Salazar.
"Salazar." Devan masuk terlebih dahulu. Ia melihat Salazar tengah menulis sesuatu entah apa. Salazar yang melihat mereka bertiga ada di pintu lalu melambaikan tangannya tersenyum lebar.
"Hai Salazar." Kalila memaksakan tersenyum walau masih merasa emosi karena dibohongi.
Kalila melihat Salazar buru-buru menulis pada bukunya dan menunjukkan pada mereka bertiga. "Kalian membolos untuk kesini? Darimana tahu aku di sini?"
"Tadi kita ke toko kue dan ada yang ngasih tahu." Salazar mengangguk-angguk.
"Kalian tidak takut dimarahi karena bolos?"
"Yang bolos gue kenapa yang ribut lo?" Samuel dan Devan langsung memukul punggung Kalila mendengar jawaban Kalila.
"Hehe maaf aku hanya ingin tahu."
"Please sejam aja jangan tolol, dengerin kata Devan." bisik Samuel pada Kalila.
"Jadi lo sakit apa?" tanya Samuel mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Hanya kelelahan."
"Kok banyak lebam?" tanya Samuel lagi melihat banyak luka lebam di tubuh Salazar. Salazar tidak menjawab hanya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who I Meet At Sixteen✔
Teen Fiction"Kita bertemu jodoh kita di usia enam belas tahun, tapi kita tidak sadar bahwa kita telah bertemu dengannya." Sepenggal kalimat itu sangat mempengaruhi hidup seorang gadis. Untuk membuktikannya, ia mencatat semua nama laki-laki yang ditemuinya saat...