"Kita bertemu jodoh kita di usia enam belas tahun, tapi kita tidak sadar bahwa kita telah bertemu dengannya."
Sepenggal kalimat itu sangat mempengaruhi hidup seorang gadis. Untuk membuktikannya, ia mencatat semua nama laki-laki yang ditemuinya saat...
"Aku berjanji hari ini akan menjadi hari yang indah."
❤❤❤
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
💫💫💫
Pagi ini, jadwal kelas mereka yaitu olahraga. Setelah berganti pakaian, Kalila, Vero, Juli, dan Lauren berjalan bersama teman-teman satu kelas mereka menuju lapangan sepak bola. Seperti biasa, mereka berjalan di paling belakang.
Pak Agus sudah menunggu mereka semua di pinggir lapangan. Pak Agus menyuruh mereka untuk melakukan pemanasan dan lari mengelilingi lapangan.
"Pagi ini materi kita sepak bola. Kalian pahami dulu tata cara melakukannya lalu segera di praktekkan." setelah mendapat perintah dari Pak Agus, Kalila, Vero, Lauren dan Juli duduk melingkar di pinggir lapangan. Saat teman-teman mereka sibuk memahami, mereka malah bermain perang rumput. Yang menang akan ditraktir makan siang di kantin oleh yang kalah.
Kalila kalah dari Vero dan Juli kalah dari Lauren. Setelah itu Vero mengalahkan Lauren di babak final.
"Lo curang ya cumi," protes Lauren.
"Gak usah fitnah ya, kalau udah kalah ya kalah aja." Vero melempar gumpalan tanah ke Lauren. Lauren membalas dengan melempar Vero menggunakan rumput.
"Woy diem napa kena gue ini." Kalila berdiri karena Vero mengenai kepalanya saat melempar tanah kearah Lauren. Kalila membersihkan rambutnya dari tanah dan berjalan menjauh. Juli masih sibuk berusaha memisahkan mereka.
Kalila berjongkok di dekat bola yang diletakkan Pak Agus di pinggir lapangan. Seseorang datang kearahnya dan mengambil bola.
"Bantuin." Aiden melempar bola kearahnya. Kalila menangkap dengan kesal dan mengambil bola lain.
Ia mengikuti Aiden berjalan menuju dekat Pak Agus. Kalila melihat seseorang datang dan berbicara dengan Pak Agus. Orang itu tidak memakai seragam olahraga. Setaunya, dia kakak kelas mereka.
Setelah meletakkan bola dia tidak kembali pada teman-temannya. Kalila duduk di samping Aiden yang duduk di bangku pinggir lapangan.
"Ngapain lo?"
"Gue?" Kalila menujuk dirinya sendiri. Aiden mengangguk.
"Duduk."
"Di sini?"
"Kenapa? Gak boleh?" Aiden hanya diam.
"Niat gue baik supaya lo ada temen." Kalila tersenyum.
"Wah," Kalila berdiri saat melihat berbagai bunga tumbuh di dekat sana. Dia berjongkok untuk melihatnya lebih dekat. Kalila mengulurkan tangan hendak memetiknya. Namun sebuah tangan menepuk tangannya pelan. Kalila menoleh dan melihat Aiden sudah berjongkok di sampingnya.
"Jangan dipetik, biarin mereka tumbuh." Kalila cemberut menatap Aiden.
"Apa?" tanya Aiden.
"Buruan!" Aiden mengeluarkan ponselnya dan membuka sesuatu aplikasi.