"Kita bertemu jodoh kita di usia enam belas tahun, tapi kita tidak sadar bahwa kita telah bertemu dengannya."
Sepenggal kalimat itu sangat mempengaruhi hidup seorang gadis. Untuk membuktikannya, ia mencatat semua nama laki-laki yang ditemuinya saat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
💫💫💫
Frustasi, bahkan mungkin bisa depresi. Itu yang dirasakan Kalila ketika mendengar diskusi yang dibicarakan Devan, Aiden, Micheal, dan Samuel. Ia menoleh kearah Vero yang berbaring menyeruput boba dengan lesu.
"Kita ini tim hore ya?" tanya Kalila pada Vero. Vero mengangkat bahunya tidak tahu.
"Sebenernya otak kita gunanya buat apa sih?" tanya Lauren. Gadis itu masih kebingungan bagaimana cara melepas koyo dari kakinya.
"Eh ini gimana ngelepasnya?" Lauren menepuk lengan Kalila.
"Ya kan tinggal dilepas."
"Sakit bego, ini bulunya kecabut."
"Ya lumayan sekalian waxing, gak perlu ke salon lo."
Lauren menatap sedih koyo cabe yang menempel pada kakinya. Pasalnya sejak semalam koyo itu belum dilepasnya. Baru hendak melepas ujungnya saja rasa sakitnya sudah sampai ke ubun-ubun.
"Mana gua tarikin." Vero maju yang langsung ditendang Lauren.
"Minggir lo jauh-jauh."
"Kalian kenapa sih, gak guna banget bertiga." celetuk Samuel kesal karena merasa terganggu dengan ketiga bocah itu.
"Bacot." ketiga anak itu menggerakkan tangan membentuk pelangi Spongebob.
"Eh emang kalian nemuin apa aja?" Vero merangkak mendekat. Masih mengunyah bubble dalam mulutnya.
"Kita mau ke rumah sakit."
"Ngapain? Aiden mau suntik mati?" sebuah bantal leher menghantam wajah Kalila hingga ia ambruk ke karpet.