4. [ I ] Agreement

776 105 17
                                    

⋐🄸🅁🄴🄽🄴⋑

Sudah bukan hal mengejutkan bila sepulang kerja Irene melangkah masuk ke apartemen kecil dua ruang miliknya dan mendapati sosok manusia duduk terdiam dengan kaki menyilang punggung tersandar tanpa setitik cahaya menatap kosong plasma hitam di hadapan seperti kerasukan.

"Kau tidak ke dorm?"

Tanpa menoleh. Tapi Irene paham jelas gelagat orang terkejut sehabis melamun.

Yeah, seperti biasa , batin Irene.

"God! Chuseok, Unnie. Bahkan kau sampai lupa hari karena terus bekerja."

Nadanya berbeda. Irene tahu. Ia selalu tahu. Tapi sangat bodoh karena tak satupun tebakan terlintas di kepala perempuan 30 tahun tersebut. Mendekat usai melepas sepatu, Irene mengambil tempat disisi dan langsung membuka lengan kala gerakan tiba - tiba Joy menyiratkan keinginan untuk bersandar di tempat lain selain kepala sofa.

"Wae? Lelah?"

"Tidak selelah kau tentunya, Unnie."

Menaikkan sebelah alis saat Joy yang awalnya hanya meletakkan kepala mendadak menjulurkan kedua tangan agar terlingkar di pinggang Irene, sang kakak ikut mengeratkan pelukan namun kali ini ditambah sedikit usapan pada surai indah adiknya.

"Aku ke psikiater."

3 kata paling ditunggu tapi ternyata cukup menakutkan ketika didengarkan secara langsung. Irene mendorong halus dua bahu lebar dalam dekapan lantas menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Joy. Meneliti sungguh - sungguh bagaimana ekspresi yang dikeluarkan supaya dapat memberikan jawaban tepat tanpa menyinggung atau menyakiti hati rentan Joy. Baru saja hendak melontarkan kata - kata menenangkan, Joy lebih dulu menunduk memainkan kedua tangan.

"Aku dengar banyak karyawan menggunakan mulut kotor mereka untukmu, Unnie."

Agaknya tak mengerti, Irene terdiam sesaat sebelum menangkap maksud nan tersampaikan sedikit terlambat.

"Kau melakukannya untuk membersihkan namaku agar tidak digosipkan? Geez, you don't have to. Lakukan jika ingin, jangan lakukan bila tak nyaman. Okay?"

Joy bungkam hingga Irene terpaksa meremas lengan adiknya perlahan untuk menyadarkan lagi.

"Okay?" tanya Irene ulang.

"Okay."

Lantas sisa pembicaraan hanyalah diskusi ringan soal kegiatan sehari - hari yang monoton tanpa hiasan.

Irene dengan kesibukan menjadi creative director, berusaha memikirkan ragam acara menarik melalui stasiun TV tempatnya bekerja dan menguras otak dua kali lipat untuk menciptakan inovasi baru dalam setiap episodenya.

Tidak jauh berbeda dengan Joy yang harus latihan setiap hari, menghabiskan tenaga di sasana musik bersama 4 anggota lain tanpa mengenal waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak jauh berbeda dengan Joy yang harus latihan setiap hari, menghabiskan tenaga di sasana musik bersama 4 anggota lain tanpa mengenal waktu. Tak boleh lelah dan juga tak diijinkan menyerah adalah hal paling lazim di dunia hiburan. Menjadi seleb tentu dipaksa untuk menunjukan image nan terkadang berlawanan dari diri sendiri. Dan itu tidak mudah.

Kemudian saat keduanya puas menumpahkan isi hati masing - masing, Joy berpamitan menuju kamar di ujung sementara Irene masih terdiam menatap gelas bening dengan anggur merah memberi warna pada seperempat bagiannya.

Jendela di sisi meja makan sederhana menjadi pelampiasan terbaik. Mengamati bulan penuh yang mengingatkannya tentang malam itu.

Malam menyakitkan dimana Irene menuruti permintaan Joy untuk pergi dari rumah asli dan berakhir tinggal bersama adik dari ibu kandungnya yaitu Lee Jiyeon yang sangat dermawan mau membiayai pendidikan Irene serta Joy sampai lulus kuliah.

"Appa baik - baik saja?"

Menegak habis rasa manis memabukkan, Irene tak bisa membohongi diri sendiri bahwa Hyunbin masih merupakan ayahnya; darah dagingnya. Sejahat apapun seorang ayah, tidak akan mengubah predikat dan menghilangkan posisi anak dari kehidupan lelaki tersebut.

Rindu? Jelas.

Apalagi semua terjadi karena orang asing yang tiba - tiba masuk dalam skrip kehidupan secara innocent mengaku tidak melakukan apapun.

Pyar!

Tapi tetap saja. Mengingat wajah angkuh saudari tiri nan pernah secara bringas melukai sudut bibir Irene membuatnya tak bisa menghentikan remasan hingga melukai telapak akibat pecahan gelas.

Sepertinya besok Irene harus berangkat lebih pagi bahkan sebelum Joy bangun agar gadis itu tak menyadari ada kasa putih membalut sebuah kulit pucat.

⋐🄸🅁🄴🄽🄴⋑

Eh, aku ingetin lagi kalo ini lanjutan dari cerita marigold ya. Dan ada beberapa hal yang aku udah jelasin disana baik secara eksplisit ataupun tersirat yang aku gamau jelasin lagi disini.

Aku masih ngerasa gagal menyampaikan maksud cerita dengan baik soalnya beberapa masih ada yang gapaham. Salah satu contoh yang paling keliatan itu soal Joy.

Iya gengs. Joy gxg disini.

Tapi nggak terus2an kok, aku cuma mau bikin konflik aja jadi aku buat kekurangan dikit dari semua kesempurnaan dia.

So ya, pliss jangan bingung lagi. Ngerasa gagal aku kalo kalian bingung 😭

Regards
- C

Half of Mine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang