17. Tsundere

555 74 11
                                        

⋐𝐇𝐨𝐌⋑

Satu bulan sebelumnya

Seulgi total bungkam. Terlalu terkejut dengan perkataan si pemimpin perusahaan, Siwon.

"Tunggu, t–tapi kenapa harus aku?"

"Tentu karena aku percaya padamu, Kang Seulgi."

Tidak formal, tapi tetap serius. Hubungan dekat sebagai sahabat yang telah mereka jalin cukup lama semenjak Seulgi diangkat sebagai direktur—satu tingkat dibawah Siwon—menjadikan keduanya tak ada pilihan selain membahas banyak projek bersama. Tentu direktur tidak hanya satu, namun berbalik pada fakta bahwa Seulgi merupakan anak emas perusahaan.

Hanya dekat, tidak sampai membagi rahasia personal.

Alasan itu pula yang membuat Siwon tidak ragu memanggil Seulgi untuk datang ke ruangan megahnya saat gadis itu berada di tengah rapat tentang acara ulang tahun sebuah stasiun TV terkenal, NET, lantas tanpa basa - basi mengulurkan sebuah proposal. Tentu saja dari agensi hiburan. Yang mengejutkan Seulgi bukan siapa pengajunya, namun untuk siapa Ia bekerja nanti.

"Bukan elakan cukup kuat ditambah lagi aku masih ada projek yang belum selesai. Kau tahu itu!"

Bodoh , batin Seulgi.

Menyadari bahwa susunan kalimat bantahan yang Ia lontarkan tidak sampai 2 detik lalu hanya menampakkan bila Ia tengah menghindar. Dan melihat Siwon bergerak melipat tangan di depan dada sambil mengangkat satu alis, dia yakin dirinya sudah ketahuan.

"Ada apa, Seul? Kau biasanya menerima lebih dari 3 proposal untuk kau handle. Tapi ini baru projek keduamu setelah NET. Apakah ada sesuatu?"

Agaknya Siwon merasa kasihan dilihat dari gestur menurunkan kedua tangan perlahan dan melemaskan otot wajah nan tadinya sangat tegang itu. Tapi bagaimanapun juga, apa yang Ia jalankan adalah sebuah bisnis, bukan kegiatan sosial. Kembali lagi pada jabatan, tawaran berubah menjadi ancaman.

"Ambil ini atau kupotong gajimu 50 persen."

"Mwo?! Jadi begini akhirnya?!"

Kedikan bahu sebelum membalik tubuh dapat Seulgi pastikan sebagai ketukan keputusan akhir. Dan hanya dua pilihan sulit yang diberikan padanya. Menyerah, Seulgi meremas kertas dalam genggaman lalu menyentak.

"FINE, I'LL TAKE IT!"

⋐ Tiga Hari Sebelum Konser⋑

"Ugh, sial."

Padahal Seulgi sudah tahu cepat atau lambat Ia akan melihat wajah menyebalkan itu. Sedikit rasa syukur dipanjatkan karena leader grup terkenal tersebut tampaknya tak menyadari, mengetahui, atau bahkan peduli tentang siapa yang menata panggung megah ini untuknya.

Berharap bisa melanjutkan pekerjaan dengan tenang tanpa gangguan, Seulgi justru menciptakan distraksi itu sendiri dengan menarik kembali langkahnya dan memperhatikan dari kejauhan seorang perempuan nan tengah duduk tertunduk bersama wanita lain terlihat lebih tua di tengah panggung yang belum utuh.

Ada yang salah , pikirnya tanpa sadar mengamati ekspresi tak begitu jelas dari kulit putih jauh disana.

"Tunggu. Kenapa aku membuang 5 menitku hanya untuk hal tidak berguna ini?"

Gerakan memutar tubuh berintensi fokus pada pekerjaan, Seulgi lagi - lagi dialihkan oleh sebuah pemandangan ganjil. Tiga pria—tidak terlalu jauh dari tempat Joy dan 'entah–siapa' duduk—terlihat mengambil beberapa batang besi hitam panjang. Hati Seulgi mendadak bergejolak, merasa sesuatu semakin salah sampai Ia menyadari darimana asal perasaan tidak tenangnya. Memicingkan mata, Seulgi mengambil walkie–talkie nan tergantung di saku kanan celana jeans hitamnya lalu dengan cepat mengangkat benda itu sampai berada di depan mulutnya.

"Baekho, tunggu dulu!! Jangan —"

Terlambat.

Tidak sampai sepersekian detik, mata Seulgi refleks beralih pada keberadaan di tengah panggung. Meringkuk dengan tubuh bergetar seperti Armadillo yang terancam, Seulgi membanting benda di genggaman ke meja belakang disusul memijat pelipis secara kasar.

Seulgi kacau. Frustasi. Ia merasa sangat kesal saat menangkap basah dirinya tengah diserang kegelisahan dan rasa bersalah tak berdasar. Dia bahkan tanpa sadar berusaha melindungi seseorang jauh disana yang dulu eksistensinya saja sangat tidak Ia harapkan.

Mungkin dia adalah satu - satunya yang tak paham karena semua orang tahu bila hal semacam ini merupakan satu contoh kekhawatiran.

Mana mungkin aku khawatir padanya? Aku membencinya!

Lagi. Egoisme mengalahkan segalanya. Bahkan kenyataan yang sudah jelas - jelas tersuguh pada akhirnya ditolak mentah - mentah oleh si pelaku sendiri.

"Shit."

⋐𝐇𝐨𝐌⋑

Sebenernya aku nggak berencana bikin bagian ini.
Yg part ini bener - bener M E N D A D A K.
Gatau kenapa aku tiba - tiba pengen ngasih sisi 'diem–diem–care' di Seulgi. Seperti judul, Tsundere.

Dan ditambah moodku naik drastis habis denger Yeri nyanyi di live IG tadi.
I miss her so much omg :((

Regards
- C

Half of Mine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang