14. Sedate

500 80 9
                                    

⋐𝐇𝐨𝐌⋑

Malam yang dingin namun kesenangan membuncah. Perasaan seperti ini selalu Irene tunggu - tunggu semenjak awal tahun. Persiapan berbulan - bulan belum lagi emosi nan tak dapat dihitung jari akhirnya dipuaskan kala sepasang mata memandang letupan - letupan kembang api di langit gelap. Menambah sinar, senyum, serta tawa pada wajah - wajah lelah familiar termasuk Irene sendiri.

Siku yang awalnya ditekuk keatas supaya kertas terjepit di sebuah papan dalam genggaman bisa terlihat lebih jelas, kini dijatuhkan begitu saja ke sisi tubuh. Terdiam menikmati pemandangan mengharukan dimana anggota timnya saling berpelukan juga kru penata panggung nan ikut melayangkan high five sebagai selebrasi kemenangan mereka malam ini.

Tak lama, Irene merasakan ada yang berdiri di sisinya. Tanpa bicara, tanpa tanda, tanpa sapa. Hanya keberadaan. Seolah tengah menemani Irene di kesendirian sementara staff lain ramai - ramai berteriak gembira di samping stage. Irene tahu siapa orangnya. Dan justru karena itu Ia tak ingin repot - repot memberi tenaga pada leher putih pucat untuk menoleh. Tetap terdiam tidak mau sedetikpun mengalihkan penglihatan dari keindahan ledakan benda kimia nan akhirnya membentuk bunga api jauh di atas kepala, dibawah awan.

"Selamat atas kesuksesan acaramu. Maaf untuk sikapku saat pertama rapat."

Hembusan panjang perlahan keluar dari mulut kecil Irene seiring wajahnya mulai diturunkan. Menatap lurus kedepan, kearah panggung bersama berpuluh - puluh sorot lampu menyilaukan jauh disana. Hatinya mendadak diserang oleh dua perasaan berbeda nan muncul begitu mengesalkan. Benci sudah biasa Ia kecap. Tapi risih adalah hal cukup baru sebab menyadari bahwa perempuan di sebelah nan lebih muda malah berani memulai daripada Irene sendiri. Irene merasa dikalahkan dan semua orang pun tahu kekalahan itu memalukan. Maka Irene memilih untuk bersikap dewasa seperti biasa daripada meletup - letupkan apa yang tengah Ia rasakan saat ini.

"Ini juga karena timmu. Terimakasih sudah mau kooperatif."

Dari sudut mata, Irene dapat melihat Seulgi agaknya terkejut dengan ucapan barusan. Tidak menyangka orang yang membencinya akan tetap mengatakan terimakasih. Kalau Seulgi boleh jujur, sesuatu terasa menghangat di dalam sana. Tapi seperti hari - hari nan sudah berlalu, Seulgi menampik perasaannya sendiri dan memilih untuk menganggapnya sekedar reflek dan respek dari sikap profesional si perempuan yang lebih tua. Sedikit melupakan masalah diantara mereka, Irene dan Seulgi berdiri bersebelahan untuk waktu cukup lama padahal keduanya tak tau apa yang harus mereka amati dan bicarakan. Diam - diam hanya menghabiskan waktu untuk saling menemani kesendirian satu sama lain. Bahkan semua orang yang berada jauh dari mereka berdua dan sesekali melirik, menyadari ada sedikit rasa ingin memperbaiki di diri dua orang perempuan terluka itu.

 Bahkan semua orang yang berada jauh dari mereka berdua dan sesekali melirik, menyadari ada sedikit rasa ingin memperbaiki di diri dua orang perempuan terluka itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semuanya begitu kosong. Begitu hampa. Begitu tawar sampai tanpa sadar Irene mengatakan sepatah kalimat yang mungkin merubah segala sesuatu kedepannya. Entah akan menjadi baik atau buruk, Irene sendiri tidak tahu.

"Terdapat pesta setelah membereskan semua ini. Kau dan timmu bisa bergabung."

Yang Irene yakini setelahnya adalah sebuah kemungkinan adanya penyesalan di kemudian hari.

⋐𝐇𝐨𝐌⋑

Regards
- C

Half of Mine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang