12. Devastated [1]

569 85 10
                                    

⋐𝐇𝐨𝐌⋑

Dan lagi, untuk kesekian kali Yeri harus menghadapi perkara mengejutkan yang keluar dari mulut kakaknya sendiri. Membuka luka lama ketika hatinya bingung atas predikat apa nan tepat untuk dikenakan. Saudara kandung? Bukan. Ia tidak berasal dari gen yang sama dengan kedua perempuan lebih tua dihadapan. Pada akhirnya stempel 'adik tiri' baik bagi Seulgi dan Wendy atau bahkan Irene serta Joy menjadikan Yeri kembali ditekan oleh kesadaran bahwa Ia tak memiliki hak membantah. Disini Ia akan selalu menjadi pihak yang kalah; disudutkan maupun disalahkan.

"Aaah, jadi ini adalah alasan paling tepat yang menjelaskan kenapa aku bertemu Sooyoung Unnie dalam keadaan amat sangat kacau. Karena ku membentaknya. Di depan semua orang!"

"It's not literally 'everyone'! Hanya ada beberapa orang disana!"

Yeri berdiri.

Muak.

Tentu saja! Apa lagi yang bisa Ia rasa saat mendengar bahwa Wendy yang kemarin sempat Ia pilih sebagai sandaran berubah menjadi wanita besar kepala nan menuding orang lain tak mengakui kesalahan namun dirinya sendiri justru menampakkan sikap tak jauh berbeda bahkan parahnya sama persis.

Ingat bahwa kehadirannya —kelahirannya merupakan satu - satunya yang tak diinginkan membuat Yeri tak memiliki pilihan selain menyerah.

"Kau tau, Unnie? Terserah kau saja."

"Yak! Selesaikan apa yang ingin kau katakan, Kim Yerim. Dan ada apa tentang kau yang tiba - tiba memanggilnya 'Unnie'? God! Berhentilah membelanya seolah dia adalah malaikatmu!"

"Because she is! Setidaknya dia tidak seburuk dirimu yang menyalahkan orang lain dan tidak melihat cela di diri sendiri."

Entah kenapa topik Joy yang sedari awal Wendy angkat menjadi umpan nan dengan sempurna memancing emosi Yeri. Sebuah bahasan bila mulai membawa - bawa sosok Joy akan selalu menarik tapi juga begitu emosional bagi Yeri.

Dan ya, sementara dua kakak–adik saling menyentakkan amarah satu sama lain, sang sulung hanya duduk memijat pelipis di ujung sofa. Ada sedikit rasa syukur di hati karena saudaranya hanya bertemu Joy dan bukan Irene. Sebab Seulgi pun menyadari bahwa Irene adalah satu - satunya yang bisa menjatuhkan mental siapapun melalui satu langkah kecil lewat kata - kata dilengkapi tatapan tajam. Seulgi bahkan mengakui bila dirinya hampir kalah dari wanita itu.

"Karena dia menyelamatkanmu sekali seumur hidup saat itu?"

Ekspresi Yeri jelas menunjukkan keterkejutan. Tidak menyangka Wendy lebih parah mendampratnya daripada Seulgi di kamar hari itu.

"Unnie, jangan berani - beraninya kau."

Subjek baru dan sensitif nan dengan konyolnya Wendy ungkit menjadikan Yeri semakin menyala - nyala. Matanya menggelap dan hatinya serasa terbakar. Ini bukan sebuah bahan yang bisa Yeri lupakan dengan mudah. Cedera masa lalu akan tetap ada serta kembali terbuka jika lagi - lagi disuguhkan di hadapannya.

"Wae?! Kau sudah sadar bila itu adalah rasa iba sesaat yang membutuhkan seribu tahun untuk mendapatkannya lagi? You're obsessed with her, Yerm!"

"UNNIE HENTIKAN!! KAU MENYAKITIKU!"

Keluarlah isakan keras memilukan sebelum akhirnya berlari menaiki tangga, Wendy sadar bahwa Ia sudah keterlaluan.

Yang bisa Ia lakukan hanya menatap sang saudara kembar fraternalnya dengan sorot mata bertanya namun juga sedikit nyalang. Seulgi menyadari hal itu. Kemudian berdiri dan melingkarkan tangan di sekitar bahu Wendy. Menariknya kedalam dekapan erat seraya mengusap punggungnya pelan.

"Haruskah kau mengatakan itu? Kau tahu bahwa karakter Yeri juga keras. Dia tidak bisa diatasi dengan cara semacam ini, Wan."

"Aku tahu. Tapi aku terbawa emosi."

"Kau selalu seperti ini. Kapan pertemuan terakhirmu dengan Wheein?"

Diamnya Wendy mengundang Seulgi untuk melepaskan pelukan lantas meremas lembut dua lengan si kembar sambil tak henti memberikan tatapan pedulinya.

Wendy seolah ditampar kembali ke kenyataan, sadar bahwa hampir 2 bulan terakhir dirinya menghindar dari dokter kawakan itu hanya karena Ia ingin sang penyembuh berlisensi tersebut menganggap bahwa Ia sudah baik - baik saja. Nyatanya kini Wendy malah terlihat lebih kacau dari sebelumnya.

"Lusa aku akan menemuinya."

"Mmm. Biar aku yang bicara pada Yerim. Dia pasti terkejut."

"Terimakasih dan maafkan aku."

Senyum Seulgi yang menjalar sampai mata cukup untuk menenangkan gemuruh di hati Wendy sebelum kembali menarik Wendy untuk masuk ke lekupan tangannya.

"Tidak apa - apa."

⋐𝐇𝐨𝐌⋑

Regards
- C

Half of Mine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang