3. [ Y ] Confusing

929 108 12
                                        

A.N. Karena moodku bagus jadi aku publish lagi hehe.
Happy reading guys :v

⋐🅈🄴🅁🄸⋑

Senyum lebar yang terbentuk dari bibir tebal seorang gadis mendekati 30 tahun dibelakang pembatas panjang dengan beberapa alat pembuat kopi di hadapan dapat jelas memberikan jawaban atas pertanyaan 'apakah kau menikmatinya?'. Tapi mungkin sebuah ekspresi akan berubah drastis kala satu kata di dalam kalimat tersebut diganti dengan 'bahagia'.

Tidak.

Yeri tak pernah merasa bahagia setelah malam itu.

Oh? Benar juga. Yeri memang tidak diperbolehkan mengecap sececah kebahagiaan semenjak dirinya memandang dunia.

Lucu sekali mengingat dulu Ia berpikir bahwa lahir secara tidak diinginkan oleh ibu tukang selingkuh adalah fakta paling buruk dalam hidupnya. Sekarang Yeri bahkan sudah tak heran bila bertemu seseorang yang pernah satu sekolah dengannya lantas digosipkan tanpa tanggung - tanggung. Berjalan berdampingan menggandeng kenyataan pahit telah menjadi kegiatan sehari - hari sembari menunggu waktu dimana Tuhan mulai bersimpati dan akhirnya menarik kembali nafas Yeri agar tidak terus menerus terluka.

Berjuta - juta decihan merendahkan sudah keluar dari mulut saat sadar sekarang tidak ada gunanya dikasihani atas segala kejadian.

Toh aku juga telah didera sejauh ini, kenapa tidak dilanjutkan saja? , pikirnya.

Seperti biasa, keputus–asaan mendominasi hati mengambil alih logika.

"Coba satu kali setelah itu keputusan ada padamu. Anggap saja untuk menyenangkan aku sebagai sahabatmu, Hmm?"

Yeri meletakkan nampan diatas pembatas panjang disebut bar itu disusul sebuah gelas tinggi langsing dengan susu kocok strawberry bertoping cream di atasnya. Mendorong papan coklat kecil persegi, Yeri merobek nota kasar seraya mengubah senyum sambutan menjadi agak sinis.

"Kau tidak lihat? Cafe ini cukup ramai dan aku tidak mau membuang waktu hanya untuk memikirkan emosiku dengan pergi ke psikiater. Disamping itu, aku juga tak ingin menjadi boros karena ketergantungan pada orang lain. Dokter mental bukan kegiatan sosial, Yein. Mereka tidak gratis."

"Yer..—"

"Could you excuse me for a moment? Ada pelanggan lain mengantri di belakangmu."

Desahan panjang terdengar. Yeri diam - diam menghilangkan senyum tergantikan ekspresi menyesal. Sesaat merasa bersalah usai menolak saran baik sahabatnya walau segera kembali ditutup lengkungan bibir kala pelanggan lain siap memesan, berdiri di tempat tadi sang karib, Jeong Yein berada.

Bukankah nama itu terdengar familiar?

Tentu saja. Siapa yang tidak kenal dengan mantan kekasih seorang gadis nan dulu amat tenar karena keberaniannya memacari sesama jenis.

Sampai sekarang Yeri tak pernah berhenti tersenyum setiap teringat waktu dimana Jeong Yein pertama kali menjelaskan bahwa Joy memberinya amanah agar menggantikan posisi Joy untuk melindungi Yeri dari gangguan orang - orang tak berotak kala Joy sendiri memutuskan pindah sekolah setelah malam itu. Membuat Yeri merasa hangat sebab sadar bila Joy ternyata memang benar memperhatikannya. Walau setelah malam itu akhirnya Yeri tak dapat menatap wajah dari sosok yang dikaguminya karena selain memutuskan pindah sekolah, Joy serta Irene juga pergi meninggalkan rumah dan tak pernah sekalipun kembali, penantian terbayar saat di sabtu pagi Yeri dengan tanpa minat menonton sebuah acara musik yang tanpa disangka - sangka akan menampilkan wajah perempuan paling Ia rindukan dengan senyuman semangat amat cerah.

Saat ini, Joy memutuskan untuk berpijak di tempat yang tak bisa digapai dan Yeri tetap berteguh pada pendirian berusaha sebisa mungkin meraihnya. Jika diibaratkan, hubungan mereka seperti roda depan mobil dengan roda belakang nan tak lelah mengikuti walau tahu tidak akan pernah bisa berkontak kecuali bila mau melepaskan interelasi.

"Kau melamun. Lagi."

Terkesiap, Yeri tersenyum tipis seakan sudah biasa tertangkap basah menatap kosong tanpa arah jelas.

"Maaf, Byulie Unnie."

Moon Byul Yi sang Head Barista. Istri dari seorang kepala kejaksaan tinggi yaitu Lee Minhyuk tersebut merupakan sosok bermata jeli yang selalu bisa memergoki Yeri tengah berkutat pada pikiran bahkan bila hanya berlangsung selama 2 detik.

"Sudah pukul 3 sore. Jam kerjamu selesai. Kau boleh bergabung dengan temanmu, Yer."

Tak menggubris si pemimpin, Yeri tidak ingin sedetikpun berhenti memainkan tangan lihai itu keatas mesin - mesin pembuat kopi di hadapan. Menolak pulang dan lebih memilih bekerja sepanjang waktu juga menjadi salah satu hal paling ditentang Moonbyul selama ini dari diri Yeri.

"Pilih selesai atau aku pecat sekalian?"

Decakan sukses keluar seperti hari - hari sebelumnya. Memberikan ekspresi kesal tanpa ingin beranjak dari posisi barang seinci.

"Unnie! Sekali saja. Lagipula aku tidak meminta bayaran lembur."

"Justru karena kau tidak mau menerima dan akupun tak ingin memberinya. Kau tidak bisa terus lari, Yer. Masalah akan tetap berdatangan tidak peduli kau siap atau belum. Jadi hentikan sifat pengecutmu dan berdiri tegap menghadapinya!"

Yeri diam. Mulut pedas orang ini dapat selalu membekuk Yeri dengan segala kebenaran yang tertebar. Membungkam mulut gadis termuda rapat - rapat sampai - sampai tak berani menatap mata tegas si pemilik nama berunsur benda langit itu.

"Kau tahu, Unnie? Mungkin kau benar."

⋐🅈🄴🅁🄸⋑

Regards
- C

Half of Mine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang